Ditabrak Puing Roket, Bulan Kini Memiliki Kawah Baru Selebar 20 Meter

Belum diketahui siapa pemilik puing roket yang menabrak Bulan.

EPA
Bulan tampak dari barat laut Yunani, 8 April 2020. Sepotong sampah luar angkasa baru saja menabrak sisi jauh bulan. Tabrakan ini menciptakan kawah baru yang mengilap selebar 20 meter.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepotong sampah luar angkasa baru saja menabrak sisi jauh bulan. Tabrakan ini menciptakan kawah baru yang mengilap selebar 20 meter.

Baca Juga


Puing-puing, bagian roket yang dibuang seukuran bus sekolah, telah mengambang di luar angkasa selama lebih dari tujuh tahun. Puing ini akhirnya mengakhiri lintasan jangka panjangnya dengan menuju langsung ke permukaan bulan dengan kecepatan 5.800 mil per jam.

Namun, kontroversi seputar objek tersebut masih jauh dari selesai. Insiden  itu terjadi di sisi jauh bulan, yang berarti berada di luar jangkauan teleskop berbasis darat.

Instrumen Lunar Reconnaissance Orbiter NASA kemungkinan tidak dalam posisi untuk mengamati kecelakaan itu. NASA mengatakan akan mencari kawah yang dihasilkan-tetapi prosesnya akan memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

“Lunar Reconnaissance Orbiter NASA akan menggunakan kameranya untuk mencoba mengidentifikasi lokasi benturan dan menentukan potensi perubahan lingkungan bulan akibat dampak objek ini,” kata juru bicara badan tersebut kepada The Wall Street Journal, dilansir dari ZME Science, Selasa (8/3/2022).

Ini adalah tabrakan bulan yang tidak disengaja pertama yang diketahui melibatkan perangkat keras luar angkasa. Kawah baru ini diperkirakan terletak di dekat kawah Hertzsprung yang terbentuk secara alami, dengan lebar 570 km . 

Asal Usul Roket

Para astronom telah lama memperdebatkan identitas pasti dari roket tersebut. Ini adalah booster yang dibuang dari peluncuran high-altitude satellite. Ada kemungkinan roket SpaceX diluncurkan pada 2015 atau roket Cina diluncurkan pada 2014. Namun, keduanya telah membantah kepemilikan. Panjangnya kira-kira 12 meter dan beratnya sekitar 4.500 kg.

Yang pertama memprediksi dampak pada bulan adalah astronom Bill Gray, yang bertanggung jawab atas program Project Pluto yang memantau objek luar angkasa. Gray awalnya menghitung bahwa penabrak adalah tahap atas roket SpaceX yang diluncurkan pada 2015, tetapi kemudian mengoreksi prediksinya dan menyarankan kemungkinan itu adalah roket Cina.

Asal muasal dan kepemilikan roket ini mungkin akan terus diperdebatkan, setidaknya sampai kita mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang lokasi kecelakaan. Lunar Reconnaissance Orbiter telah menangkap permukaan bulan dengan sangat rinci, termasuk hal-hal yang ditinggalkan oleh astronaut.

Para ahli harus melihat foto sebelum dan sesudah dari tempat tertentu di mana roket itu terkena dampak untuk mengidentifikasi kawah dengan lebih baik. NASA juga dapat menggunakan gambar resolusi tinggi untuk memperkirakan jumlah material yang meleleh di kawah.

Selain membantu menyelesaikan perdebatan tentang dari mana objek itu berasal, mempelajari lokasi benturan bisa berguna untuk alasan lain. Pembentukan kawah adalah fenomena persisten di Tata Surya tetapi proses fisikanya belum dipahami dengan baik. Itu sebabnya mengamati dampak roket dan kawah yang dihasilkan mungkin sangat berharga bagi para ilmuwan untuk menghasilkan simulasi dampak yang lebih-juga meningkatkan pengetahuan kita tentang sifat permukaan bulan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler