Cara Nabi Muhammad Membebaskan Penderitaan Perempuan

Nabi Muhammad SAW memberi wanita kehormatan dan martabat yang setara dengan pria.

Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah. Perjuangan Nabi Muhammad Membebaskan Penderitaan Perempuan
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlakuan mengerikan terhadap wanita, dari merendahkan hingga pelecehan saat ini tidak jarang menjadi pemberitaan di banyak tempat. Pada masa sebelum Nabi Muhammad diutus, praktik-praktik lebih kejam turut dilakukan oleh masyarakatnya. 

Baca Juga


Seperti diketahui, Nabi Muhammad SAW lahir dalam masyarakat di mana perempuan mengalami banyak kekerasan, terutama praktik pembunuhan bayi perempuan. Anak perempuan dianggap sebagai beban saat itu dan menyingkirkan mereka kadang-kadang dianggap sebagai kebutuhan.

Mereka melakukannya dengan cara yang paling kejam, yaitu dengan mengubur mereka hidup-hidup. Namun, semua itu berhenti saat Islam datang. 

Untuk menggambarkan kebejatan masyarakat saat itu sebelum Islam datang, bahkan diriwayatkan, Umar RA sebelum masuk Islam, mengubur salah satu putrinya hidup-hidup. Tapi saat memeluk Islam, ia sering terlihat menyeka air mata sambil mengenang masa kelam dalam hidupnya itu. 

Seperti yang dia ingat: "Saya sedang menggali kuburan untuk menguburnya dan dia (anaknya) sedang menyeka debu dari pipi saya!" 

 

Kesetaraan

Dilansir dari About Islam, Nabi Muhammad dikenal juga sebagai sosok yang sangat baik dan sopan terhadap wanita. Pada saat mereka diperlakukan dengan sangat buruk, Nabi SAW memberi wanita kehormatan dan martabat yang setara dengan pria.

Umar meriwayatkan: “Kami tidak terlalu menghargai wanita di Makkah; Namun, mereka diperlakukan lebih baik di Madinah. Nabi menegakkan hak perempuan melalui perkataan dan perintahnya, yang memperkuat posisi dan status mereka." (Mishkatul Masabih)

Karena laki-laki selalu berada di sekitar Nabi, para wanita dilarang mendengarkannya atau menanyakan hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Oleh karena itu, mereka memintanya untuk menunjuk satu hari dalam seminggu ketika mereka (perempuan) dapat dengan bebas menemuinya, sebuah pengajuan yang kemudian disetujui oleh Nabi SAW.

Nabi memberikan pengajaran kepada mereka dan selalu memperlakukan dengan baik sehingga mereka merasa bebas untuk menanyakan apa pun kepadanya. Suatu ketika ketika Nabi sedang bepergian, seorang budak Abyssinian bernama Anjsha memimpin unta yang ditunggangi oleh beberapa istri Nabi. 

Sementara Anjsha bernyanyi, unta-unta itu mulai bergerak cepat. Nabi kemudian meminta agar jalan diperlambat untuk memberi kenyamanan kepada para wanita. 

Nabi berkata kepadanya, "Anjsha, jaga agar gelas (para wanita) tidak pecah."  (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Kebaikan dan Hormat pada Wanita

Suatu ketika, banyak kerabat perempuan Nabi duduk di sekelilingnya dan berbicara dengan keras kepadanya. Ketika Umar memasuki rumah, mereka semua meninggalkan ruangan dan Nabi tertawa.

Umar berkata: “Ya Rasulullah semoga Tuhan membuatmu tersenyum. Kenapa kamu tertawa?"

Nabi menjawab bahwa dia heran wanita-wanita ini, setelah mendengar suara Umar, semuanya menyembunyikan diri. Umar, berbicara kepada mereka berkata:

“Kamu takut padaku tapi tidak takut pada Rasulullah," 

 

Mereka semua menjawab: “Kamu pemarah dibandingkan dengan Utusan Tuhan."  (HR.Muslim). 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler