Ashley Judd Masih Trauma dengan Kecelakaan yang Dialaminya di Kongo

Ashley Judd alami kecelakaan saat mendaki gunung di Kongo.

Reuters
Ashley Judd alami kecelakaan saat mendaki gunung di Kongo.
Rep: Santi Sopia Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris Ashley Judd merasakan trauma setelah kecelakaan cukup parah yang dialaminya di Kongo. Dia merasa beruntung kecelakaan itu tidak sampai merenggut nyawa. Beruntung bala bantuan yang datang dari warga setempat telah menyelamatkan jiwanya.

Baca Juga


Aktris yang sekaligus aktif di bidang kemanusiaan itu pernah mengalami patah kaki bagian kanan di empat tempat saat mendaki hutan di Republik Demokratik Kongo pada Februari 2021. Perempuan 53 tahun tersebut mengenang momen itu selama wawancara dengan Kate Roberts di podcast “Sex, Body & Soul”.

Judd mengatakan bahwa dia hampir tidak selamat dari penyelamatan 55 jam. Dia sangat kesakitan sebelum proses penyelamatan.

"Saya tidak tahu bagaimana pikiran, tubuh, dan jiwa bersatu untuk menahan yang tak tertahankan. Saya menggigit tongkat, saya berteriak, saya melolong, saya kejang-kejang. Saya tidak pernah pingsan, saya berharap saya bisa,” ujarnya mengenang, seperti dilansir laman People, Jumat (11/3/2022).

Judd berbaring di hutan selama lima jam sebelum seseorang datang menemukan kelompoknya. Judd dibawa ke tempat tidur gantung dengan "naik dan melewati bukit, melalui sungai" selama satu setengah jam untuk kembali ke kamp mereka.

Dia juga sebelumnya menjelaskan dalam Instagram Live, bahwa saat itu perjalanana memakan waktu enam jam dengan naik sepeda motor. Dia kemudian diterbangkan ke rumah sakit.

"Saya berada di rumah sakit di Afrika Selatan sekitar sembilan hari. Dan kemudian dievakuasi ke Tennessee. Tetapi ketika saya sampai di Afrika Selatan, kaki saya tidak memiliki denyut nadi dan saya mengalami pendarahan, dan jika saya telah dievakuasi ke Eropa, saya akan sudah mati kehabisan darah," katanya kepada Roberts.

Judd bersyukur mampu melewati pengalaman yang mengerikan itu. Pengalaman itu menunjukkan kepadanya tentang semua pekerjaan yang telah dia lakukan dalam pengembangan proses meditasi dan betapa kerasnya ia mencoba untuk menyembuhkan traumanya.

Judd mengatakan dia bekerja untuk membingkai ulang situasinya. Dia tahu tidak dapat mengharapkan, misalnya, kapan akan mendapatkan bantuan atau apakah akan ada obat penghilang rasa sakit, dan lainnya.

"Dan saya bisa mengatakan tolong dan terima kasih dan bolehkah saya minum air, dan saya tidak membuat kesalahan orang lain, dan saya tidak melampiaskannya pada orang-orang di sekitar saya,” ungkap pemeran dalam film 'A Time to Kill' ini.

Meski menyisakan trauma, Judd tak pernah menyesali keputusannya dalam menjalankan misi kemanusiaan. Dia tetap mencoba berdamai dengan diri sendiri sambil terus produktif . Dalam wawancara yang direkam tahun lalu, Judd juga mengaku akan kembali ke Kongo pada bulan Januari. 

"Saya akan segera kembali ke Kongo, di sanalah saya berada. Aku menyukainya. Rasanya nyaman bagiku,” tambah puteri dari Naomi Judd. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler