Kasus Infeksi Deltacron Mulai Bermunculan, Gejalanya Lebih Mirip Delta atau Omicron?
Kasus infeksi varian deltacron yang telah bermunculan di beberapa negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian baru deltacron mulai terdeteksi di beberapa negara, termasuk Inggris. Mengingat deltacron merupakan varian rekombinan, apakah gejala Covid-19 yang ditimbulkan akan berbeda dari infeksi delta dan omicron?
Sebagai varian rekombinan, deltacron memiliki sifat-sifat dari dua varian SARS-CoV-2 yang berbeda. Sesuai namanya, dua varian yang "berpadu" membentuk deltacron adalah delta dan omicron.
Deltacron sempat dikhawatirkan akan menyebabkan sakit berat seperti delta dan menyebar dengan cepat seperti omicron. Kabar baiknya, sejauh ini kedua hal tersebut tidak terbukti.
Belum ditemukan kasus Covid-19 berat terkait deltacron. Jumlah kasus yang ditemukan pun masih terbatas, yakni baru 39 kasus.
Terkait kemunculan deltacron, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini masih belum membuat perubahan dalam panduan mereka. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa gejala deltacron sangat mirip dengan gejala yang disebabkan oleh omicron.
Seperti diketahui, gejala Covid-19 tersering yang muncul akibat Omicron adalah hidung beringus, sakit kepala, lelah, bersin, dan nyeri tenggorokan. Sedangkan gejala lain yang juga perlu diwaspadai adalah demam tinggi, batuk, dan kehilangan indra pengecap dan penciuman.
Orang-orang yang mengalami gejala ini disarankan untuk melakukan tes Covid-19. Isolasi mandiri juga perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit semakin meluas.
Saat ini, varian Covid-19 yang masih mendominasi adalah varian Omicron, khususnya subvarian Omicron yaitu BA.2. Salah satu bentuk perlindungan yang sangat dianjurkan di tengah gelombang varian Omicron adalah vaksinasi.
Mengingat perlindungan dari vaksin bisa memudar seiring waktu, pemberian dosis tambahan atau booster sangat dianjurkan untuk kembali mengoptimalkan proteksi yang sudah terbentuk sebelumnya.
Vaksinasi dasar dan pemberian booster memang tidak menjamin seseorang akan terhindar 100 persen dari penularan Covid-19. Seperti dilansir Express.co.uk, vaksinasi dan pemberian booster bisa secara efektif menekan risiko sakit berat dan kematian bila seseorang terkena Covid-19.