Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus, Tembus 3,83 Miliar Dolar AS

BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 22 bulan terakhir.

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja mengawasi bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara (ilustrasi). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, neraca perdagangan barang Indonesia selama Februari 2022 kembali melanjutkan tren surplus dengan nilai 3,83 miliar dolar AS.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, neraca perdagangan barang Indonesia selama Februari 2022 kembali melanjutkan tren surplus dengan nilai 3,83 miliar dolar AS. Angka surplus itu melonjak tinggi dari capaian surplus pada Januari 2022 yang hanya 960 juta dolar AS.

Baca Juga


Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, capaian surplus pada bulan lalu melanjutkan tren surplus yang sudah terjadi selama 22 bulan terakhir. "Harapan kita semua semoga tren ini terus terjaga di masa-masa berikutnya sehingga pemulihan (ekonomi) bisa berlangsung cepat," kata Margo dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Ia menyampaikan, capaian surplus perdagangan dicapai dari kinerja ekspor yang tercatat sebesar 20,46 miliar dolar AS sedangkan impor hanya 16,64 miliar dolar AS.

Lebih detail, nilai ekspor yang sebesar 20,46 miliar dolar AS mencatat kenaikan 6,73 persen dibanding Januari 2022 (mtm) juga naik 34,14 persen dari Februari 2021 (yoy).

Margo menjelaskan, khusus ekspor migas mencapai 990 juta dolar AS, naik 10,39 persen mtm juga meningkat 15,6 persen yoy. Adapun untuk ekspor non migas mencapai 19,47 miliar dolar AS. Ekspor non migas itu meningkat 6,55 persen (mtm) dan naik tinggi 35,24 persen (yoy).

Lebih detail terkait ekspor non migas, ekspor pertanian, kehutanan, perikanan mencapai 340 juta dolar AS. Nilai itu anjlok 10,16 persen (mtm) namun masih mencatat peningkatan 10,36 persen (yoy).

Sementara itu ekspor industri pengolahan sebesar 15,53 miliar dolar AS, turun 1,23 persen (mtm) namun naik tinggi 27,95 persen (yoy). Terakhir, ekspor pertambangan dan lainnya tercatat 3,6 miliar dolar AS. Tumbuh 65,8 persen (mtm) atau 84,6 persen secara (yoy).

Lebih lanjut, untuk impor yang mencapai 16,64 miliar dolar AS, Margo mengatakan itu mengalami penurunan 8,64 persen (mtm) namun masih mencatat kenaikan 25,43 persen (yoy). Impor non migas tercatat 2,9 miliar dolar AS, meningkat 30,19 persen (mtm) sekaligus melonjak hingga 122,52 persen (yoy).

Adapun khusus impor non migas nilainya mencapai 13,74 miliar dolar AS, anjlok 14,05 persen (mtm) namun masih naik 14,84 persen (yoy). "Pada impor non migas, tercatat impor barang konsumsi 1,2 miliar dolar AS, impor bahan baku/penolong 12,83 milair dolar AS, dan impor barang modal 2,6 miliar dolar AS," ujar Margo.

Ia menjelaskan, nilai impor tersebut kompak mengalami penurunan dibanding Januari. Impor konsumsi anjlok 23,85 persen (mtm), bahan baku penolong turun 7,22 persen (mtm), dan barang modal turun 7,03 persen (mtm).

Adapun jika dibanding Februari 2021 lalu, hanya impor konsumsi yang turun 3,06 persen (yoy). Sementara bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing naik 29,98 persen (yoy) dan 20,98 persen (yoy). 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler