Muncul Omicron 'Siluman', Epidemiolog: Tetap Waspada, Jaga Prokes

Dinamakan Omicron 'siluman' karena bisa menunjukan seolah bukan Omicron.

ANTARA/Fransisco Carolio
Omicron 'Siluman' merupakan variasi dari Covid-19 jenis Omicron.
Rep: Dadang Kurnia Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Epidemolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani mengingatkan masyarakat untuk menjaga ketat penerapan protokol kesehatan untuk menghindari penularan Covid-19 varian Omicron 'Siluman'. Secara genetik, kata Laura, Omicron 'Siluman' merupakan variasi dari Covid-19 jenis Omicron.

Baca Juga


“Dinamakan sebagai Omicron 'Siluman', karena melalui uji untuk mengetahui Omicron atau bukan yaitu S-gene Target Failure (SGTF), hasilnya dapat menunjukan seolah-olah bukan Omicron,” kata Laura, Kamis (17/3/2022)

Laura melanjutkan, meskipun secara karakteristik berbeda, varian jenis ini tidak memiliki perbedaan pada tingkat keparahan dan gejala yang ditimbulkan bila dibandingkan Omicron jenis BA.1. Omicron Siluman atau BA.2 dinyatakan lebih menular, namun untuk tingkat keparahannya tidak berbeda secara signifikan.

Varian ini, lanjut Laura, diketahui dapat menghindar dari antibodi yang telah terbentuk melalui proses vaksinasi. “Sehingga memang dari data penelitian terdapat penurunan efektivitas vaksin, namun tidak menghilangkan daya proteksi dan antibodi yang dihasilkan vaksin untuk melawan varian dari turunan Covid-19,” ujarnya.

Laura menyebutkan, vaksin masih dianggap efektif dan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga diri dari infeksi Covid-19. Mengenai varian baru yang mungkin muncul setelah varian Omicron Siluman, ia mengaku tidak ada prediksi mengenai hal itu.

“Namun yang bisa dipastikan, selama masih ada sirkulasi virus, maka masih berpotensi bermutasi menjadi varian baru,” kata dia.

Laura mengingatkan, mutasi yang dihasilkan bisa bersifat menguatkan atau melemahkan karakteristik dari virus itu sendiri. Contohnya, jenis Omicron yang memiliki karakteristik tingkat penularan tinggi dan tingkat keparahan rendah, berkebalikan dengan karakteristik varian Delta.

“Sehingga, yang bisa dilakukan adalah memonitor dan mencegah terjadinya infeksi virus yang ditimbulkan,” ujarnya.

Walaupun kasus Covid-19 di Indonesia sudah menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Laura mengatakan, masyarakat perlu mengetahui vaksin dan protokol kesehatan masih menjadi kunci utama untuk mengakhiri pandemi. Sehingga pandemi bisa menjadi endemi, sekaligus mencegah adanya varian-varian baru dari Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler