Studi: Wanita Lebih Sulit Bertahan Hidup dari Serangan Jantung  

Serangan jantung bisa menghadapi siapapun dan kapanpun

Foto : MgRol112
Ilustrasi Serangan Jantung. Serangan jantung bisa menghadapi siapapun dan kapanpun
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru mengungkap bahwa pria lebih besar kemungkinannya untuk selamat dari keadaan syok kardiogenik dibanding perempuan. 

Baca Juga


Syok kardiogenik adalah kondisi yang mengancam jiwa di mana jantung tiba-tiba gagal memompa darah untuk memasok organ tubuh dengan oksigen yang cukup. Ini biasanya disebabkan oleh serangan jantung.

Diperkirakan 10 persen pasien dengan serangan jantung juga mengalami syok kardiogenik. Hanya setengah dari pasien yang mengalami syok kardiogenik akan bertahan. 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengobatan dan kelangsungan hidup antara wanita dan pria dengan serangan jantung dan syok kardiogenik.

Temuan penelitian dipresentasikan pada ESC Acute CardioVascular Care 2022, sebuah kongres ilmiah dari European Society of Cardiology (ESC). 

Penulis studi, Dr Sarah Holle, dari Copenhagen University Hospital mengatakan, wanita dan pria yang menjadi subjek penelitian memiliki karakter klinis yang serupa ketika mereka mengalami syok kardiogenik setelah serangan jantung.

"Ini adalah studi retrospektif sehingga sulit untuk mengetahui mengapa dokter membuat keputusan pengobatan tertentu. Tetapi temuan ini bisa menjadi perhatian professional medis dalam mengembangkan manajemen pengobatan yang terbaik untuk wanita yang mengalami serangan jantung,” kata dia seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (20/3/2022).

Penelitian ini melibatkan semua orang dewasa yang dirawat antara tahun 2010 dan 2017 di dua pusat layanan kesehatan yang menyediakan perawatan syok kardiogenik untuk dua pertiga populasi Denmark. 

Data karakteristik pasien, pengobatan dan mortalitas selama 30 hari diambil dari rekam medis. Data kematian jangka panjang diperoleh dari Daftar Pasien Nasional Denmark.

Sebanyak 1.716 pasien serangan jantung dengan syok kardiogenik terdaftar dalam penelitian ini, di mana 438 (26 persen) adalah wanita.   

Usia rata-rata wanita adalah 71 tahun dibandingkan dengan 66 tahun untuk pria. Karakteristik pasien serupa antara jenis kelamin kecuali hipertensi dan penyakit paru obstruktif kronik yang lebih sering terjadi pada wanita.

Wanita secara signifikan lebih mungkin dibandingkan pria untuk dirawat di rumah sakit lokal (41 persen wanita versus 30 persen pria), sementara secara signifikan lebih banyak pria yang mengalami serangan jantung di luar rumah sakit (25 persen wanita versus 48 persen pria). 

Ketika syok terjadi, wanita dan pria memiliki parameter klinis yang sebanding seperti tekanan darah, detak jantung, laktat plasma (penanda kadar oksigen dalam organ), dan fraksi ejeksi ventrikel kiri (fungsi pompa jantung).

Mengenai perawatan, proporsi wanita yang secara signifikan lebih rendah menerima dukungan sirkulasi mekanis (19 persen wanita versus 26 persen pria), prosedur invasif minimal atau pembedahan untuk memulihkan aliran darah ke arteri yang tersumbat (83 persen wanita versus 88 persen pria), dan prosedur ventilasi mekanis (67 persen wanita versus 82 persen pria).

Wanita secara signifikan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan pria untuk bertahan hidup dalam jangka pendek dan panjang. 

Pada 30 hari setelah kejadian jantung, hanya 38 persen wanita yang masih hidup dibandingkan dengan 50 persen pria. Dalam jangka waktu 8,5 tahun, 27 persen wanita masih hidup dibandingkan dengan 39 persen pria.

Para peneliti juga melakukan analisis multivariat untuk memeriksa apakah gender secara independen terkait dengan setiap terapi dan kematian. 

Analisis tersebut disesuaikan dengan usia dan kejadian serangan jantung di luar rumah sakit yang diketahui berbeda antara wanita dan pria dengan kondisi tersebut.

Analisis mengungkapkan bahwa jenis kelamin perempuan secara independen terkait dengan dukungan medis yang rendah, kelangsungan hidup jangka pendek, dan jangka panjang yang lebih buruk.

“Ada semakin banyak bukti bahwa wanita dengan masalah jantung akut lebih mungkin dibandingkan pria untuk memiliki gejala non-spesifik seperti sesak napas, mual, muntah, batuk, kelelahan, dan nyeri di punggung, rahang atau leher. Ini mungkin salah satu alasan mengapa lebih banyak wanita daripada pria dalam penelitian kami pada awalnya dirawat di rumah sakit lokal, daripada spesialis,” kata dia.   

 

 

Sumber: timewsnownews

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler