Pengungsi Anak dari Ukraina Hadapi Ancaman Perdagangan Manusia
Komisioner Uni Eropa ingatkan anak-anak Ukraina dapat jadi korban perdagangan manusia
REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN - Ada risiko besar anak-anak dan wanita Ukraina yang melarikan diri dari perang dapat menjadi korban perdagangan manusia. Peringatan itu disampaikan Komisioner Urusan Dalam Negeri Uni Eropa pada Senin (21/3/2022).
"Kami telah melihat beberapa laporan perdagangan, tetapi saya harus memberitahu Anda bahwa ini benar-benar memprihatinkan. Kami tahu bahwa kami memiliki banyak anak yatim di Ukraina. Kami tahu bahwa kami memiliki anak-anak yang ditinggalkan, yang dilahirkan oleh ibu pengganti yang belum dijemput oleh orang tua mereka," kata Ylva Johansson kepada wartawan saat berkunjung ke Estonia dilansir Euronews.
"Ada risiko besar, sangat besar anak-anak yang rentan diperdagangkan atau menjadi korban adopsi paksa. Kita semua tahu, kita tahu dari pengalaman bahwa ketika kita memiliki arus migrasi yang besar, selalu ada orang yang mengambil keuntungan dari situasi dan menggunakan dan menjadikan perempuan dan perempuan rentan serta anak-anak sebagai korban perdagangan orang," tambahnya.
Hampir 3,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Rusia memulai invasi pada 24 Februari, menurut data PBB. Lebih dari dua juta telah pergi ke Polandia. Sebanyak 1,2 juta lainnya pergi ke negara-negara tetangga lainnya termasuk Rumania, Moldova, Hongaria dan Slovakia. Sekitar setengah dari pengungsi di Polandia adalah anak-anak.
Johansson mengatakan bahwa sangat sedikit anak di bawah umur tanpa pendamping terdaftar. Namun dia menekankan ada laporan yang cukup mengkhawatirkan dari LSM dan organisasi wanita Ukraina yang menyatakan bahwa beberapa wanita telah hilang.
"Sebagian besar dari mereka yang menjemput orang-orang di sisi perbatasan Uni Eropa ada di sana untuk membantu dengan tulus dalam solidaritas apa pun. Namun selalu ada beberapa elemen kriminal yang mencoba menyelinap masuk dan menggunakan kesempatan ini. Mereka mengatakan 'kami menawarkan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak' dan kemudian itu berubah menjadi sesuatu yang lain dan orang-orang berada dalam situasi yang sangat rentan," lanjut Johansson.
Untuk mencegah kemungkinan peningkatan besar, Komisi Eropa telah mengaktifkan jaringan koordinator anti-perdagangan manusia. "Kita tidak boleh menunggu sampai kita memiliki bukti banyak perdagangan orang, karena mungkin sudah terlambat," tegasnya.
Mengenai masalah anak yatim dan bayi yang lahir dari ibu pengganti di Ukraina, dia menekankan yang paling penting saat ini adalah menyelamatkan anak-anak dan memastikan mereka akan dilindungi dan dirawat dengan cara yang tertib. "Saya cukup khawatir dengan situasi di mana panti asuhan ini dapat berada, di mana staf dapat, dapat pergi karena situasi yang berbahaya, atau anak-anak dapat benar-benar menjadi korban pengeboman atau hal-hal seperti itu," kata Johansson.