Overdosis, Jantung Taylor Hawkins Membengkak Dua Kali Lipat dari Ukuran Normal
Drummer Foo Fighters Taylor Hawkins alami pembengkakan jantung akibat overdosis.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Drummer band Foo Fighters Taylor Hawkins mengalami kondisi yang disebut "cardio collaps" alias henti jantung dan meninggal akibat overdosis obat-obatan terlarang di hotel Casa Medina, Ibu Kota Bogota, Kolombia. Berdasarkan hasil autopsi, jantung pria yang meninggal di usia 50 tahun itu ditemukan berukuran dua kali lipat dibandingkan pria pada umumnya.
"Hawkins meninggal setelah nyeri dada usai pesta narkoba," ungkap para penyidik, seperti dilansir The Sun, Senin (28/3/2022).
Ahli forensik menemukan jantung Hawkins memiliki berat "setidaknya 600 gram", dua kali lipat rata-rata untuk pria seusianya. Jantung yang lebih berat dari normal dapat dikaitkan dengan penyakit jantung dan gagal jantung.
Ahli menyimpulkan rocker itu menderita "kolaps kardiovaskular" setelah overdosis heroin dan campuran zat lain, menurut media lokal. Setidaknya ditemukan 10 jenis obat berbeda dalam sistem tubuhnya ketika meninggal di sebuah hotel mewah di Kolombia pada Jumat (25/3/2022) lalu.
Sampel urine Hawkins juga mengandung ganja, antidepresan dan benzodiazepin, obat psikoaktif yang dikenal sebagai benzos, dan opioid, menurut kantor Kejaksaan Agung Kolombia. Institut Kedokteran Forensik Nasional menyatakan, perlu studi medis untuk dapat memeriksa fakta secara lengkap penyebab kematian Hawkins.
Kejaksaan Negeri Kolombia akan melanjutkan penyelidikannya dan mengungkapkan hasil yang diperoleh sebagai bagian dari penyelidikan ini sebagaimana mestinya Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa sang drummer mengalami keadaan darurat medis setelah menderita "nyeri dada".
Dalam waktu sama, media lokal melaporkan terdapat obat-obatan di kamar hotel sang bintang. Polisi yang memasuki kamar hotel Hawkins mengatakan kepada jaksa bahwa mereka melihat "bubuk putih" di kamar bersama dengan beberapa minuman beralkohol yang sudah dibuka, menurut jurnalis Kolombia Luis Carlos Velez.
Tragedi itu telah membuat Foo Fighters menarik diri pertunjukan di Bogota kala itu sekaligus membatalkan tur Amerika Selatan mereka. Band rock yang digawangi Dave Grohl, Pat Smear, Nate Mendel, Chris Shiflett, dan Rami Jaffee, mengonfirmasinya melalui Twitter.
"Keluarga Foo Fighters hancur oleh kehilangan tragis dan terlalu dini dari Taylor Hawkins yang kami cintai. Semangat musiknya dan tawa yang menular akan hidup bersama kita semua selamanya," tulis akun Twitter band.
Picnic Stereo Fest, festival musik besar di Bogota, juga telah mengumumkan bahwa Foo Fighters tidak bisa naik ke panggung. Akun resmi panitia menjelaskan bahwa Foo Fighters tengah menghadapi situasi medis yang sangat serius sehingga batal tampil malam itu.
"Mereka telah membatalkan sisa tur Amerika Selatannya," tulis akun terkait.
Taylor pernah berbicara secara terbuka tentang pertempurannya dengan narkoba. Taylor mengungkapkan bahwa dia pernah overdosis heroin pada tahun 2001.
Pada 2018, Taylor mengaku sering berpesta. Dia bukan pecandu, tapi hanya berpesta. Ada tahun di mana pesta menjadi sedikit terlalu berat.
"Syukurlah pada tingkat tertentu, orang ini memberi saya kalimat yang salah dengan hal yang salah pada suatu malam dan saya terbangun, 'Apa yang terjadi?' Itu adalah titik perubahan nyata bagi saya," ujar dia kala itu
Tahun lalu, dalam sebuah wawancara dengan Kerrang, Taylor juga mengaku sering menggunakan narkoba. Dia melanjutkan sambil berbicara secara samar tentang "melakukan apa saja yang diinginkan sebelum mati".
"Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan saya mengambilnya terlalu jauh. Saya sedang berpesta di London suatu malam, dan saya salah melakukan sesuatu dan itu mengubah segalanya. Saya percaya mitos omong kosong tentang melakukan apa saja yang diinginkan ketika ada kesempatannya karena hari esok belum tentu tiba," ujarnya.