Besarnya Efek Ekor Jas Jokowi untuk PDIP
Menurut survei, PDIP jadi partai dengan elektabilitas terbesar karena faktor Jokowi.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar, Antara
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat ini berada di posisi teratas dalam hal raihan elektabilitas. Dalam survei terbaru Media Survei Nasional (Median), faktor Joko Widodo (Jokowi) berkontribusi besar terhadap elektabilitas PDIP yang mencapai 19.6 persen.
"Dari klaster partai nasionalis partai nasionalis terbesar adalah PDIP dengan 19,6 persen," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun dalam paparannya secara daring, Selasa (29/3/2022).
Partai Gerindra berada di urutan kedua dengan 13,5 persen dalam survei Media. kemudian Partai Demokrat di urutan ketiga dengan 10,6 persen lalu Partai Golkar dengan 8,8 persen, dan PKB 8,6 persen.
Dalam surveinya Median mencari tahu alasan pemilih menjatuhkan pilihannya kepada PDIP. Pertama, keberadaan figur Jokowi jadi alasan terbesar responden memilh PDIP dengan skor 21 persen. Kemudian alasan terbesar kedua responden memilih PDIP adalah karena kader PDIP dianggap pembantu rakyat dengan 14 persen, sementara yang menjawab PDIP adalah pilihan dari dulu sebesar 7 persen.
"Sehingga ini bisa kita katakan bahwa tokoh yang agak dominan mendongkrak elektabiltias PDIP pada saat ini ada empat orang, ada Pak Jokowi, ada sosok Megawati 2 persen, ada sosok Soekarno 1 persen, dan sosok Ganjar. 0,5 persen. Secara dominan bisa kita katakan Jokowi lebih dominan keterpilihan dari PDIP," ujar Rico.
Survei Median dilakukan 1 -7 Maret 2022. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sebelumnya, pada 16 Maret 2022, Charta Politika Indonesia di Jakarta, merilis hasil survei yang menunjukkan tingkat keterpilihan (elektabilitas) PDI Perjuangan dan Partai Gerindra bersaing di tiga provinsi. Yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung.
Di Jawa Barat, elektabilitas Gerindra unggul di posisi teratas dengan perolehan 21,3 persen, sementara PDI Perjuangan di urutan kedua dengan 18,2 persen. Dalam lembar kesimpulannya, Charta Politika menilai Gerindra unggul di Jawa Barat karena daerah itu merupakan lumbung suara Prabowo Subianto pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.
Walaupun demikian, survei di Jawa Timur dan Lampung menunjukkan hasil yang berbeda. Posisi puncak di Jawa Timur untuk elektabilitas partai politik tertinggi diisi oleh PDI Perjuangan yang memperoleh angka 28,5 persen, diikuti oleh PKB 25 persen, Gerindra 9,8 persen, Golkar 5 persen, dan Partai Demokrat 3,4 persen.
PDI Perjuangan dan PKB jadi partai politik yang elektabilitasnya di Jawa Timur lebih dari 20 persen, sementara Gerindra di Jatim di bawah 10 persen. PDI Perjuangan juga unggul di Lampung dengan elektabilitas mencapai 29,8 persen, sementara Gerindra ada di posisi kedua dengan perolehan 16,6 persen.
Di tarik lebih ke belakang lagi atau pada akhir 2021, survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP dan Gerindra juga menjadi yang teratas. PDIP masih menjadi parpol dengan elektabilitas tertinggi dengan 16,5 persen disusul Gerindra 13,1 persen.
Berdasarkan survei Indometer, secara umum, partai-partai di lingkaran pemerintah cenderung mendominasi peta elektoral, termasuk PKB dengan elektabilitas 7,8 persen dan Golkar 7,3 persen. Sedangkan untuk dua partai oposisi saat ini berada di papan tengah, yaitu PKS dengan elektabilitas 6,4 persen dan Demokrat 4,8 persen. Partai-partai lainnya ialah NasDem 4,0 persen, dan PPP 2,6 persen yang juga berada di kubu Pemerintah.
"Selama era Presiden Jokowi, terjadi pemusatan kekuasaan di tubuh negara secara efektif, diikuti dengan kooptasi hampir semua partai politik di barisan Pemerintah," ujar Direktur Eksekutif lIndometer Leonard SB, Kamis (30/12/2021).
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada akhir Desember 2021 juga merilis survei elektabilitas parpol. Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, menjelaskan bahwa hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang elektabilitasnya meningkat dibandingkan perolehan suara di Pemilu 2019.
Pada kontestasi sebelumnya, partai berlambang kepala banteng itu mendapatkan perolehan suara sebanyak 19,3 persen dan meningkat menjadi 25,2 persen berdasarkan hasil survei terbaru SMRC.
"Faktor utama yang menyebabkan kemajuan ini adalah kinerja Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP," ujar Sirojudin dalam rilis surveinya secara daring, Selasa (28/12/2021).
Sirojudin menjelaskan, mayoritas publik puas dengan kinerja Jokowi sebagai presiden hingga saat ini. Hal tersebut berimplikasi besar terhadap elektabilitas PDIP yang terus mengalami kenaikan dalam setiap hasil survei.
"PDIP yang diuntungkan oleh penilaian publik ini karena Jokowi adalah kader PDIP," katanya.
Dalam pidato politiknya pada HUT ke-49 PDIP secara daring, Senin (10/01/2022), Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menegaskan, sejak Kongres ke V pada 2019, PDIP telah menegaskan diri sebagai partai pelopor. Sebagai partai pelopor Megawati menegaskan partainya tak menjadikan hasil survei sebagai pegangan.
"Jangan berpikir kalau partai pelopor itu kalau kita selalu lihat survei, 'oh kita survei tinggi', saya selalu mengatakan survei boleh dilihat tapi jangan jadi pegangan," kata Megawati
Lebih lanjut Megawati menjelaskan tentang cara berpikir dialektika. Ia mencontohkan, jika dirinya bicara sekarang, maka orang mendengar bisa saja ada hal-hal yang besok bagaimana keadaannya.
"Karena pikiran kita itu sangat dialektis," ujarnya.
Megawati mengatakan, partai pelopor adalah partai yang berdisiplin dalam ideologi dan teori pergerakan. Selain itu partai pelopor juga disiplin dalam berorganisasi.
"Itulah bagaimana cara mengorgansir siapa-siapa yang ada di PDIP dan siapa yang mereka rakyat yang kita naungi," tuturnya.