Inflasi Maret 2022 Tembus 0,66 Persen, Tertinggi Sejak Mei 2019
BPS mencatat 88 kota di Indonesia mengalami inflasi dan 2 kota deflasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi nasional sepanjang Maret 2022 tembus 0,66 persen. Angka inflasi itu tercatat merupakan yang tertinggi sejak bulan Mei 2019 lalu yang sempat mencapai 0,68 persen.
Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan, dengan tingkat inflasi tersebut maka inflasi tahun kalender mencapai 1,2 persen (year to date/ytd) dan inflasi tahunan sebesar 2,6 persen (year on year/yoy).
"Inflasi secara tahunan kalau dilihat ke belakang ini merupakan yang tertinggi sejak April 2020 di mana saat itu inflasi sebesar 2,67 persen yoy," kata Margo dalam konferensi pers, Jumat (1/4/2022).
Ia menerangkan, dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK) yang dipantau BPS, sebanyak 88 kota mengalami inflasi dan 2 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,86 persen, sementara deflasi tertinggi terdapat di Tual minus 0,27 persen.
Adapun secara nasional, BPS mencatat kelompok pengeluaran yang paling tinggi yakni makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,47 persen. Kelompok ini pun memberikan andil inflasi 0,38 persen.
"Komoditas dari kelompok ini yang menyumbang inflasi di antaranya cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras," kata Margo.
Lebih detail, cabai merah memberikan andil inflasi sebesar 0,10 persen. Margo mengatakan, komoditas ini menyumbang inflasi cukup besar karena kenaikan harga akibat suplai yang terbatas sepanjang Maret karena adanya pergeseran musim panen.
Sementara itu untuk minyak goreng menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. "Ini terjadi karena pemerintah mencabut Permendag Nomor 6 Tahun 2022 terkait penetapan harga eceran tertinggi (HET) dan harga minyak goreng (kemasan) diserahkan ke mekanisme pasar," kata dia.
Komoditas ketiga, yakni telur ayam ras juga menyumbang inflasi 0,04 persen. Margo mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima BPS, kenaikan harga telur ayam ras karena adanya kenaikan biaya pakan ternak.
Margo melanjutkan, kelompok kedua mengalami inflasi terbesar yakni perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,41 persen. Kelompok ini pun menyumbang inflasi 0,08 persen.
"Komoditas yang menyumbang adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil sebesar 0,07 persen dan sewa rumah yang memberi andil 0,01 persen," ujar dia.
Adapun kelompok ketiga yang mengalami inflasi cukup besar yakni perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,14 persen dan memberi andik 0,07 persen. Komoditas utama penyumbang inflasi dari kelompok ini yakni emas perhiasan sebesar 0,04 persen.