Kemeriahan dan Suka Cita di Gaza Sambut Ramadhan
Warga Gaza menyambut bulan Ramadhan dengan kemeriahan dan suka cita.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Palestina di Gaza menantikan perayaan Ramadhan dengan suka cita. Tahun lalu, ibadah di bulan suci ini dirusak dengan pecahnya pandemi dan perang.
“Orang-orang Gaza tahun lalu melewatkan kenikmatan Ramadhan dan Idul Fitri, jadi mereka mencoba untuk mengimbangi tahun ini dan menikmati persiapannya,” kata seorang penjaga toko di pasar Zawya yang ramai, Osama Al Helu, dikutip di The National News, Sabtu (2/4).
Pria 28 tahun itu sibuk menumpuk buah-buahan kering di atas nampan. Di atas kepalanya, terlihat kantong berisi rempah-rempah bergelantungan dari kios milik dia.
Ia menyebut bulan suci Ramadhan tahun ini jauh lebih baik. Di tahun sebelumnya, muslim Gaza dibayang-bayangi dengan perang dan penyebaran virus corona.
Peningkatan infeksi yang terjadi musim semi lalu mendorong pihak berwenang memberlakukan serangkaian tindakan selama bulan suci Muslim, termasuk jam malam dan pembatasan pertemuan.
Menjelang akhir Ramadhan, konflik antara militan Gaza dan Israel meletus. Bekas luka yang ditimbulkan oleh perang 11 hari itu masih terlihat di daerah kantong Palestina, dengan beberapa ruang kosong muncul yang menjadi bekas bangunan terkena bom.
Dalam beberapa hari terakhir menjelang Ramadhan, kota Gaza telah dihiasi dengan dekorasi berwarna cerah. Seorang pengunjung pasar, Arej Al Aousi menyebut tahun ini ia merasa seolah kehidupan telah kembali ke jalanan.
“Kami merasa senang begitu melihat lampu dan dekorasi di mana-mana,” kata siswa berusia 21 tahun itu.
Di pasar, pembeli berkerumun di sekitar kios-kios yang dipenuhi permen. Para pelanggan membaca dengan teliti lampu-lampu hias yang dijual di jalan, di stan dan toko.
Di salah satu toko di pusat kota Gaza, Nada Abu Sada menggenggam lilin saat memilih dekorasi. Ia menyebut persiapan kali ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Tak hanya itu, ia berharap bulan suci akan berlalu dengan damai.
"Saya sangat bersemangat dan tidak sabar untuk pergi dan shalat Tarawih di masjid. Tahun lalu kami tidak bisa karena virus corona,” ujarnya.
Berdiri di depan dinding lampu yang berkedip, asisten toko Jihad Ahmed mengatakan pelanggan telah bersiap-siap untuk Ramadhan selama sebulan. Di tahun sebelumnya, tidak terlihat antusiasme ataupun kemauan dari Muslim sekitar untuk menyiapkan Ramadhan.
Di luar lantai toko, pria berusia 24 tahun itu menantikan kembalinya pertemuan adat selama beberapa minggu ke depan. “Tahun ini kami akan mendapatkan kesempatan untuk berkumpul dan hang out, tidak seperti tahun lalu ketika ada penutupan karena virus corona,” ucap Ahmed.
Beberapa warga Gaza terlihat masih mengenakan masker saat mereka berbelanja. Hingga berita ini dibuat, pihak berwenang belum mengumumkan pembatasan untuk Ramadhan ini.