PGN Bangun Chiller Lewat Tenaga Gas

Gas bumi sebagai energi ramah lingkungan dapat dimanfaatkan untuk chiller

pgn
Teknisi PGN memeriksa aliran pipa gas (ilustrasi). Gas bumi sebagai energi ramah lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada alat pendingin ruangan atau chiller yang dikembangkan oleh afiliasi Subholding Gas Pertamina, PT Permata Karya Jasa (Perkasa).
Rep: Intan Pratiwi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gas bumi sebagai energi ramah lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada alat pendingin ruangan atau chiller yang dikembangkan oleh afiliasi Subholding Gas Pertamina, PT Permata Karya Jasa (Perkasa). Sinergi dan inovasi dalam Subholding Gas Group tersebut sebagai bagian dari upaya meningkatkan value chain gas bumi.

Beberapa target customer chiller diantaranya hotel, bandara, kantor, mal, rumah sakit, dan data center. Chiller ini dapat membantu penghematan energi sampai 30 persen dibandingkan chiller konvensional dan hemat pemakaian listrik sampai 70 persen.

Direktur Utama PT Perkasa Adhi Lingga Harymurti menjelaskan bahwa chiller juga dapat digunakan untuk pendingin ruang operasional pabrik maupun ruangan kantor. Chiller berbahan bakar gas bumi ini memiliki sejumlah kelebihan. Pertama adalah ramah lingkungan, karena chiller ini menggunakan refrigerant berupa air dan Lithium bromide (Libr) bukan freon. Seperti diketahui bersama bahwa freon yang dihasilkan oleh pendingin konvensional dapat merusak ozon.

“Kedua adalah green energy, karena berbahan bakar gas sehingga layak untuk diaplikasikan secara lebih luas di masyarakat. Kelebihan ketiga yaitu dapat juga menggunakan bahan bakar dari panas buang pembangkit (exhaust),” jelas Adhi, (6/4/2022).

Adhi melanjutkan bahwa dengan memanfatkan panas buang pembangkit akan dapat meningkatkan efisiensi, karena panas yang terbuang bisa mencemari lingkungan. Maka panas buang tersebut bisa diolah dengan chiller untuk menghasilkan udara dingin.

“Misalnya gas engine dari sebuah pabrik. Gas engine itu menghasilkan listrik mandiri, selain PLN. Dari situ pasti ada gas buangnya yang lebih dari 300 derajat. Itu bisa digunakan untuk energi chiller. Maka bisa disebut juga dengan absorption chiller atau menyerap panas dari sebuah pembangkit,” jelas Adhi.

Selain itu, hot water (90 sampai 180 °C) dan steam (0 sampai 10 Bar) dari sebuah pabrik juga dapat digunakan sebagai energi chiller. Dari beberapa sumber energi tersebut (multi energy) dapat menghasilkan multi output yaitu cooling (pendingin), heating (pemanas), dan hot water.

“Dari satu alat kita bisa menghasilkan tiga output, cooling, heating, dan hot water. Khusus heating tidak dihidupkan di Indonesia, karena khusus untuk negara empat musim. Hot water biasanya digunakan dengan simultan ketika di hotel. Satu alat (chiller) bisa menghasilkan udara dingin untuk ruangan dan hot water untuk shower. Jadi tidak perlu lagi pakai boiler lagi,” papar Adhi.

Chiller ini juga lebih safety (aman), karena ini bersifat vacuum bukan tekakan sehingga kemungkinan terjadi ledakan sangat rendah. Terakhir, chiller telah lulus uji ketahanan gempa sampai 9 SR. Ketika ada gempa, solution yang ada di dalamnya tetap stabil dan sehingga tetap bisa berfungsi dengan baik.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler