Influencer Rusia Gunting Tas Chanel Sebagai Bentuk Protes
Chanel meminta konsumen untuk mengonfirmasi bahwa tasnya tidak dibawa ke Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah influencer Rusia menggunting tas Chanel koleksi pribadinya sebagai bentuk protes. Hal itu dilakukan setelah rumah mode mewah itu melarang mereka membeli produknya.
"Jika Chanel House tidak menghormati kliennya, mengapa kita harus menghormati Chanel House?" kata model Rusia, Victoria Bonya, dalam sebuah video di Instagram, dilansir Insider, Jumat (8/4/2022).
Bonya kemudian mengambil gunting. Dia memotong tas tangan hitam Chanel menjadi dua.
"Selamat tinggal," ujar Bonya kepada 9,3 juta pengikutnya di platform itu sambil membuang dua bagian itu.
Bonya hanyalah salah satu dari beberapa influencer Rusia yang memfilmkan aksi menggunting tas Chanel-nya sebagai protes karena dilarang membeli barang dari merek mewah asal Prancis itu. Setelah menutup tokonya di Rusia, Chanel berhenti menjual produknya kepada orang-orang di Rusia di luar negeri yang berniat membawanya ke negara yang tengah menginvasi Ukraina itu.
Kebijakan tersebut membuat beberapa influencer dan sosialita Rusia menuduh Chanel mengalami Russophobia. Pembawa acara TV dan aktor Marina Ermoshkina, yang memiliki 299 ribu pengikut di Instagram, menggunakan gunting taman untuk memotong tas tangan Chanel warna abu-abu gelap.
"Tidak ada satu tas pun, tidak ada satu pun, yang layak untuk cintaku untuk Tanah Airku. Saya menentang merek yang mendukung Russophobia," tulisnya dalam keterangannya.
Ermoshkina menyebut, Chanel hanyalah sebuah aksesori yang pada titik tertentu memutuskan untuk mempermalukan orang, teman senegaranya. Ia menyebut, Chanel memilih untuk mendiskriminasi orang berdasarkan kebangsaannya.
Disjoki Katya Guseva, yang memiliki 587 ribu pengikut Instagram, mengatakan bahwa dia mengikuti jejak Ermoshkina. Dia juga memotong tas tangan Chanel hitamnya dengan gunting.
"Saya selalu bermimpi bahwa tas Chanel akan muncul di lemari saya, dan itu terjadi tahun lalu," tulisnya dalam keterangannya.
Setelah mengetahui tentang kebijakan merek tersebut terhadap orang Rusia, Guseva memutuskan untuk membuang tas-tas Chanel dari kehidupan sehari-harinya sampai situasinya berubah. Ia menegaskan bahwa dirinya menentang Russophobia.
"Saya menentang merek yang mendukung Russophobia dan diskriminasi terhadap perempuan berdasarkan kebangsaan," kata Guseva.
Para influencer menerima dukungan dari penggemar mereka. Di sisi lain, mereka juga mendapat omelan dari orang-orang yang menuduhnya menempatkan masalah aksesori fashion seperti masalah besar di tengah perang Rusia dengan Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Insider, perwakilan Chanel mengatakan bahwa merek tersebut mematuhi semua undang-undang yang berlaku untuk operasi dan karyawannya. Chanel juga tunduk pada sanksi perdagangan.
"Inilah sebabnya kami telah meluncurkan proses untuk meminta klien yang tidak kami ketahui domisili utamanya untuk mengonfirmasi bahwa barang yang mereka beli tidak akan digunakan di Rusia," kata perwakilan tersebut.
Chanel menyadari bahwa proses itu telah menyebabkan kekecewaan bagi beberapa kliennya. Chanel saat ini sedang berupaya meningkatkan pendekatan dan memohon maaf atas kesalahpahaman yang mungkin terjadi.
"Sebab menyambut semua klien kami, dari mana pun mereka berasal, adalah prioritas Chanel,” ujar perwakilan merek tersebut.