Rusia Tunjuk Komandan Baru untuk Operasi di Ukraina
Rusia telah menunjuk seorang komandan baru untuk menjalankan operasi militer khusus.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah menunjuk seorang komandan baru untuk menjalankan operasi militer khusus di Ukraina. Rusia memfokuskan kembali upaya perangnya di wilayah Ukraina timur, setelah gagal mengamankan wilayah di sekitar Ibu Kota Kiev.
Menurut pejabat keamanan dan diplomat Barat yang mengetahui perubahan tersebut, Rusia menunjuk Komandan Distrik Militer Selatan, Jenderal Alexander Dvornikov, sebagai pemimpin pasukan Rusia di lapangan. Namun sejauh ini, Kremlin belum mengumumkan penunjukan tersebut.
Dvornikov (60 tahun), telah memegang beberapa posisi senior di militer Rusia, termasuk komandan Distrik Militer Timur Jauh. Dia mengawasi pasukan Moskow di Suriah pada 2015 dan 2016. Ketika itu, pasukan Rusia bertempur bersama pasukan pemerintah Suriah dalam konflik, di mana Presiden Bashar al-Assad dituduh menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.
Rusia sebagian besar telah menarik pasukannya dari utara, setelah menghadapi perlawanan sengit di luar Kiev. Moskow juga kehilangan banyak tank dan pesawat karena serangan rudal oleh Ukraina.
Sekarang, Moskow fokus pada wilayah Donbas timur dan mengambil alih kota-kota di wilayah Laut Hitam, termasuk Mariupol, yang telah dikepung selama berminggu-minggu. Langkah ini akan memungkinkan Moskow untuk membuat jembatan darat antara Krimea, yang dianeksasi pada 2014, dan Rusia. Menurut Institute for the Study of War, Dvornikov sejauh ini bertanggung jawab atas operasi di selatan dan timur Ukraina.
"Kurangnya satu komandan keseluruhan, telah menghambat kerja sama pasukan Rusia," ujar pernyataan Institute for the Study of War, dalam sebuah laporan tertanggal 9 April, dilansir Bloomberg, Senin (11/4/2022).
Institute for the Study of War mengatakan, meskipun strukturnya lebih disederhanakan, Rusia mungkin akan terus berjuang dengan pengaturan komando dan kontrolnya. Sebagian besar bala bantuan yang menuju Donbas diambil dari distrik militer lain selain yang dipimpin oleh Dvornikov.
Mantan komandan pasukan NATO di Afghanistan yang mengepalai Badan Intelijen Pusat di bawah Presiden Barack Obama, Jenderal David Petraeus, mengatakan kepada CNN pada Ahad (10/4), struktur komando yang lebih ramping mencerminkan keinginan Rusia memiliki sesuatu untuk diklaim sebagai kemenangan pada 9 Mei. Bertepatan dengan Hari kemenangan Perang Dunia II. Petraeus juga mengatakan, warga sipil kemungkinan akan menjadi sasaran.
“Rusia dikenal di Suriah pada dasarnya untuk 'mengurangi populasi di daerah'. Itulah yang mereka lakukan pada Aleppo. Itu yang mereka lakukan ke daerah lain. Dan saya pikir kita bisa mengharapkan itu (di Ukraina)," kata Petraeus.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan mengatakan kepada CNN, penunjukkan komandan baru tidak dapat menghapus fakta Rusia telah menghadapi kegagalan strategis di Ukraina. "Jenderal khusus ini memiliki resume kebrutalan terhadap warga sipil di area lain, di Suriah. Dan kita bisa mengharapkan lebih banyak hal yang sama di area ini," ujarnya.
Ukraina, AS dan negara-negara lain menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di kota-kota yang mereka duduki di utara. Salah satunya penemuan kuburan massal warga sipil di Kota Bucha, ketika pasukan Rusia mundur dari kota-kota di sekitar Kiev.