Anak di Atas 5 Tahun Berisiko Alami Komplikasi Serius Akibat Covid-19

Komplikasi serius Covid-19 pada anak kadang disalahartikan sebagai penyakit lain.

Republika/Putra M. Akbar
Anak menjalani tes Covid-19 (Ilustrasi). Anak-anak di atas lima tahun dan mereka yang memiliki penanda darah tinggi untuk inflamasi (ferritin) berisiko mengalami sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) yang parah.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar anak yang terkena Covid-19 akan pulih tanpa masalah jangka panjang. Meski begitu, sebuah studi baru menemukan, anak-anak di atas lima tahun dan mereka yang memiliki penanda darah tinggi untuk inflamasi (ferritin) berisiko mengalami sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) yang parah.

Sindrom ini termasuk kondisi yang sangat langka, terjadi pada kurang dari satu persen anak-anak yang tertular Covid-19. Sebagian besar anak dengan kondisi ini akan mengalami demam terus-menerus yang terkadang disalahartikan sebagai penyakit lain.

Para ahli di Kanada menemukan anak-anak di atas lima tahun berisiko lebih tinggi dirawat di ruang perawatan intensif saat tertular Covid-19 dan mengembangkan sindrom peradangan. Petugas medis memeriksa 232 anak di bawah usia 18 tahun yang dirawat di rumah sakit di Kanada, Kosta Rica, dan Iran.

Baca Juga


Anak-anak ini telah dirawat di rumah sakit dengan dugaan MIS-C antara Maret 2020 hingga Maret 2021. Dari anak-anak tersebut, para ahli menemukan bahwa 89 persen dari mereka memiliki gejala gastrointestinal seperti nyeri perut dan sekitar 85 persen memiliki masalah dermatologis seperti ruam dan pembengkakan.

Anak-anak antara usia enam hingga 12 tahun memiliki peluang 44 persen untuk dirawat di perawatan intensif. Penulis penelitian mengatakan, lebih banyak yang harus dilakukan dalam hal perawatan klinis anak-anak yang mengalami penyakit tersebut.

Dr Joan Robinson, seorang dokter anak di University of Alberta di Kanada mengatakan, sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak adalah diagnosis baru, dengan kriteria diagnostik berbeda yang belum divalidasi. Sebagian besar dari anak-anak ini tidak memiliki riwayat kontak dengan orang yang terbukti terinfeksi SARS-CoV-2.

"Ini menunjukkan deteksi paparan bisa jadi sulit karena kontak yang terinfeksi mungkin tidak bergejala atau mungkin belum pernah dites," kata Robinson seperti dilansir dari The Sun, Selasa (12/4/2022).

Dalam kebanyakan kasus, kondisi tersebut menyerang anak-anak yang sehat sekitar enam pekan setelah mereka dinyatakan positif Covid-19. Dokter di Inggris pertama kali diserukan untuk mewaspadai sindrom inflamasi baru terkait dengan Covid-19 yang memiliki gejala mirip dengan penyakit Kawasaki itu pada April 2020.

Gejala sindrom peradangan multisistem pada anak bisa berupa demam berkepanjangan, sakit perut, diare, muntah, ruam merah yang meluas, mata merah, lidah merah seperti stroberi, dan bibir pecah-pecah. Pertanda lainnya termasuk pembengkakan jari tangan dan kaki atau tidak merasa atau bertindak seperti diri mereka sendiri.

Orang tua juga telah diminta untuk meningkatkan kesadaran terkait sindrom ini. Bahkan, sejak Oktober 2020, Inggris dibentuk kelompok untuk mendukung kesadaran akan sindrom peradangan multisistem pada anak yang diharapkan dapat membantu mempercepat diagnosis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler