Pesona Visual dan Makhluk Magis di Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore tayang di bioskop mulai 13 April.

Dok IMDb
Foto adegan dari film Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore. Sinema rilis di bioskop Indonesia mulai 13 April 2022.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petualangan pakar makhluk magis alias magizoologist Newt Scamander (Eddie Redmayne) berlanjut di film ketiga Fantastic Beasts. Seri film merupakan spin-off dari deretan sinema Harry Potter.

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore tayang di bioskop Indonesia mulai 13 April 2022. Sinema menghadirkan visual yang apik tentang dunia sihir di era silam, tidak kalah dari dua film pendahulunya.

Seperti judulnya, film ketiga Fantastic Beasts ini tetap menghadirkan sejumlah makhluk magis. Ada beberapa yang sudah dikenal penonton seperti niffler, bowtruckle, dan phoenix. Ada pula makhluk yang baru muncul seperti qilin dan manticore.

Visual mengesankan dan kehadiran makhluk-makhluk magis di film ini masih jadi daya tarik untuk mengajak penonton kembali ke dunia sihir. Peran deretan makhluk magis itu cukup penting untuk konflik utama dan keseluruhan cerita.
 
Kali ini, konflik utama adalah ambisi terselubung Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen) yang hendak menguasai dunia sihir dan menghancurkan dunia komunitas nonsihir. Albus Dumbledore (Jude Law) yang mengetahui hal itu segera meminta bantuan tim khusus yang dipimpin oleh Newt.

Tim terdiri dari Jacob Kowalski (Dan Fogler), Theseus Scamander (Callum Turner), Eulalie "Lally" Hicks (Jessica Williams), Yusuf Kama (William Nadylam), dan Bunty Broadacre (Victoria Yeates). Bisa dibilang mereka adalah laskar pertama Dumbledore.

Film menjadi perantara nostalgia yang manis bagi penggemar novel maupun film Harry Potter. Pada adegan para tokoh dewasa tersebut kembali bertandang ke Hogwarts, ada rasa haru sekaligus menyenangkan saat menyimaknya.

Baca Juga


Kisah dalam film ini tidak memiliki kaitan langsung dengan kisah Harry Potter, namun ada sejumlah tokoh dari novel dan filmnya yang muncul. Tentu saja dalam versi jauh lebih muda, mengingat latar waktu yang berbeda.


Hanya saja, dengan daya tarik makhluk magis dan dunia sihir, film punya kekurangan dalam segi cerita. Plotnya punya celah di sana-sini yang terasa janggal. Ada fakta baru yang diungkap namun terasa tidak pas dengan cerita yang selama ini ada.

Pengembangan kisah di film ini juga terkesan melulu soal politik, topik yang cukup berat. Sinema terkesan bernuansa gelap, amat berbeda dengan film pertama Fantastic Beasts yang benar-benar fokus pada deretan makhluk magis.

Bagi penonton yang bukan penyuka Harry Potter atau tidak menyimak film sebelumnya mungkin akan kebingungan dengan alurnya. Beberapa aspek cerita membuat film lebih cocok untuk penonton 13 tahun ke atas, meski sinema ini mendapat rating "semua umur" di bioskop Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler