Kereta Api China Terpukul Lonjakan Kasus Omicron
Penyedia jasa layanan kereta api di China terpukul oleh lonjakan kasus Omicron
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Penyedia jasa layanan kereta api di China terpukul oleh lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron yang menyebar ke beberapa kota besar di negara berpenduduk sekitar 1,4 miliar jiwa itu. Saat ini jumlah penumpang 3.000 orang per hari, kurang dari 30 persen dari kapasitas normal. Demikian pernyataan operator kereta api China dalam rilisnya, Selasa (12/4/2022).
Untuk mengimplementasikan protokol kesehatan, operator kereta api di China membatasi penjualan tiket di beberapa kota berisiko Covid-19. Penangguhan atau pengurangan jadwal keberangkatan kereta api dari wilayah terdampak Covid-19 juga dimaksimalkan.
Waktu pemesanan tiket juga disesuaikan dari 15 hari menjadi lima hari. Para penumpang kereta api juga diperiksa suhu tubuh, pengaturan di ruang tunggu di stasiun, dan jarak kursi antarpenumpang di dalam kereta.
Pihak China Railway juga menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa penumpang kereta api yang berangkat dari daerah dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi tidak boleh memasuki wilayah Beijing. Namun pihak penyedia jasa kereta api tersebut memberikan pelayanan untuk para personel kesehatan dan kebutuhan medis dari berbagai kota ke kota-kota yang terkena dampak terparah Covid-19 seperti Shanghai, Jilin, dan Hong Kong.
Sejak Maret lalu, 39 rangkaian kereta api yang mengangkut bantuan personel dan peralatan medis diberangkatkan dari China daratan ke Hong Kong. Lebih dari 8.000 personel kesehatan dan sekitar 30 ribu ton kebutuhan medis juga telah diangkut kereta api dari berbagai kota ke Shanghai.
Di China dilaporkan terdapat penambahan 1.513 kasus positif Covid-19 pada Selasa (12/4/2022). Pada hari itu juga terdapat 26.525 kasus tanpa gejala. Sejak Covid-19 melanda sampai saat ini di China tercatat 168.362 kasus positif dan 4.638 kasus kematian, demikian keterangan Komisi Kesehatan Nasional setempat (NHC) pada Rabu (13/4/2022).