Tiga Perubahan Dunia Diturunkannya Nabi dan Alquran
Turunnya Alquran dan diutusnya Nabi Muhammad SAW menandai perubahan zaman.
Republika/Agung Supriyanto
Rep: Ali Yusuf Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama Islam sepakat bahwa Alquran diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan. KH Jeje Zaenudin dalam bukunya seputar "Masalah Puasa, I'tikaf Lailatul Qadar dan Lebaran" menuliskan, penurunan wahyu pertama kepada beliau sekaligus sebagai tanda pengangkatan beliau sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Baca Juga
Untuk menegaskan pendapatnya, KH Jeje Zaenudin mengutip surah Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman yang artinya.
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Alquan diturunkan dan Nabi Muhammad SAW diutuskan membawa Alquran itu ke tengah-tengah umat manusia untuk membawa perubahan kepada mereka. Perubahan yang mendasar dan hakiki, yaitu perubahan dari kegelapan Jahiliyah kepada cahaya kebenaran Islam.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat 1 yang artinya. "Alif, Lam Ra" (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka,(yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
KH Jeje Zaenudin mengatakan, turunnya Alquran dan diutusnya Nabi Muhammad SAW menandai perubahan zaman yang fundamental bagi kehidupan umat manusia, yaitu:
Pertama, perubahan dari zaman Jahiliyah ke zaman Islamiyah. Yaitu dari cara-cara kehidupan yang mendasarkan pemikiran dan perilaku kepada kebodohan, takhayyul, khurofat, mitos, megic, dan sebagainya, kepada cara-cara kehidupan yang berdasarkan dalil, bukti, rasional, dan ilmiyah.
Allah dalam surah Al-Isra ayat 36 berfirman. "Janganlah kamu mau mengikuti apa-apa yang kamu tidak punya ilmu atasnya, karena pendengaran, penglihatan dan akal pikiran semuanya akan diminta pertanggungjawaban"
Atas dasar inilah, Islam menerima berbagai penemuan ilmiyah dan perkembangan zaman selama itu membawa kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia dan tidak melabrak norma-norma syariat. Dengan datangnya Islam juga dihapus segala bentuk diskriminasi kehidupan dan manusia diposisikan sebagai makhluk Allah yang sederajat, kecuali dengan ketaqwaan.
Semangat ilmiyah dan persamaan martabat manusia yang dibangun Islam itulah yang telah mengantarkan umat lslam dengan cepat kepada kejayaan ilmu dan peradaban hanya setengah abad sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Kota-kota Islam seperti Mekah, Madinah, Suriah, Bagdad, Kufah, Basrah, Isfahan, Mesir, Cordova, Samarkand, dan yang lainnya menjadi mercusuar yang menerangi kagelapan dunia dengan ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu alamiyah.
Kedua, perubahan dari zaman yang berwawasan lokal kepada zaman yang berwawasan global. Nabi Muhamad menyatakan.
"Para nabi diutus untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus Allah untuk semua umat manusia"(Mutafaq Alaih).
Allah SWT dalam surah Al-Anbiya ayat 21 yang artinya.
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Karena Rasul Muhammad diutus untuk segenap manusia, dan risalahnya untuk menjadi rahmat bagi segenap alam, maka semangat globalisme telah ditanamkan Islam sejak awal. Kaum muslimin adalah umat yang memelopori pemikiran mendunia.
Bahwa kemajuan sains dan tehnologi akan mengantarkan manusia pada satu masa hidup dalam suasana dimana planet bumi laksana sebuah desa kecil yang tidak ada lagi sekat-sekat jarak yang memisahkan di antara mereka. Oleh sebab itu Allah mencukupkan bagi seluruh manusia modern seorang nabi terakhir untuk dijadikan ikutan mereka.
"Cukup satu kitab suci yang menjadi pegangan manusia sedunia, sebagaimana Allah telah menetapkan satu Tuhan yang harus diibadati bersama oleh seluruh manusia," katanya.
Semangat globalisme seperti ini pula yang telah mendorong misi kaum muslimin generasi awal untuk mengarungi dunia. Dari sekitar 110 ribu sahabat Rasulullah, konon hanya sekitar 10 ribu orang yang meninggal di Makah dan Madinah, selebihnya meninggal di bumi pengembaraan mereka dalam menyebarkan dakwah Islamiyah.
Mereka merealisasikan instruksi Alquran, "Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan ke tengah umat manusia untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran dan untuk beriman kepada Allah."
Ketiga, perubahan peta politik dunia. Dengan Alquran yang dibawa Nabi Muhammad, lslam dan kaum musiran telah menjadi kekuatan baru yang merombak peta kekuatan politik dunia. Ketika Nabi Muhammad diutus, arah dan pusat peradaban dunia sangat didominasi oleh Imperium Romawi di Barat dan Imperium Persia di Timur.
Bahkan selama lebih dari tujiuh abad kaum muslimin mampu memimpin peradaban dunia meggantikan Persia yang Majusi dan Rumawi yang Nashrani. Sampai saat ini, diakui ataupun tidak memang kekuatan umat Islam tetap menjadi pertimbangan berbagai kebijakan politik luar negeri negara-negara di dunia.
Puasa (Shaum) diwajibkan pada bulan Ramadhan juga membawa pesan dan spirit perubahan. Bukankan seekor ulat mengubah diri menjadi kupu-kupu juga melalui proses puasa? Kaum muslimin setiap tahun dibawa berubah menjadi Muttaqin dengan proses puasa.
Paling tidak dengan mengubah pola makan, minum dan pengendalian syahwat, diharapkan ada perubahan mendasar pada mentalitas muslim untuk lebih disiplin, jujur, ikhlas dan amanah. Di mana pola perilaku tidak dikendalikan lagi oleh hawa nafsu keserakahan duniawi, tetapi dibimbing oleh kesadaran pengawasan yang total dari Dzat Pencipta Yang Mahamengawasi (Al Raqieb dan Al Hafiedh), yaitu Allah sebagaimana disabdakan Nabi dalam hadits Qudsi.
"Setiap amal anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Karena puasa itu milkKu, dan Akulah yang akan membalasnya. la meninggalkan makan, minum dan hawa nafsunya hanya karena-Ku"(Mutafaq Alaih)
Sesuai dengan konsep perubahan menurut ajaran Islam, bahwa perubahan suatu umat diawali dengan perubahan mentalitas individu dari umat tersebut. Allah dalam surah Ar-Ra'du ayat 11 berfirman yang artinya.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler