Ramadhan di Turki di Bawah Bayang-Bayang Pertempuran Politik

Suara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa kian turun.

AP / Emrah Gurel
Orang-orang berbuka puasa dengan latar belakang Masjid Sultan Ahmed yang ikonik, lebih dikenal sebagai Masjid Biru, dihiasi dengan lampu dan slogan bertuliskan Ramadhan adalah cinta, menandai bulan Ramadhan, di distrik bersejarah Sultan Ahmed di Istanbul, Turki, Selasa (13/4). Ramadhan di Turki di Bawah Bayang-Bayang Pertempuran Politik
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pada Ramadhan kali ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi sejumlah rumah yang berbeda. Tahun ini, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa berfokus pada kaum muda. Sebab, suara mereka untuk AKP kian menurun.

Baca Juga


Untuk mencapai tujuannya, pejabat AKP melakukan beberapa strategi, seperti menyelenggarakan acara buka puasa bersama dan sahur dengan berbagai kelompok anak muda. Sejak 2016, Erdogan telah menyarankan pejabat AKP menahan diri dari menghadiri pertemuan mewah selama Ramadhan.

Tahun ini, partai-partai yang berkuasa secara terbuka memperingatkan anggotanya untuk tidak bergabung dengan hidangan berbuka puasa dan sahur yang mewah di tengah gejolak ekonomi. Namun, pada pertemuan sahur yang diadakan pada 7 April lalu di kota Agri, yang mayoritasnya orang Kurdi, memicu kegemparan publik.

Agri yang terletak di sepanjang perbatasan Turki dengan Iran, dikenal sebagai salah satu kota termiskin di Turki. Silaturahim sahur di Agri yang diselenggarakan oleh Karang Taruna AKP menjadi viral setelah Ketua Karang Taruna AKP di Agri Halil Ibrahim Selcuk mengunggah video kebersamaan tersebut di media sosial.

Tak disangka, video tersebut membuat marah berbagai lapisan masyarakat. Sebagian umat Islam mempertanyakan keaslian video, sementara yang lain mempertanyakan pihak yang mendanai pertemuan.

Mereka juga mempersoalkan alasan diadakan live music karena bar dan klub di seluruh negeri tidak diizinkan memainkan live music setelah tengah malam. Dalam video, tampak sejumlah makanan pokok yang harganya tengah meroket dalam beberapa bulan terakhir, seperti madu, keju, zaitun, dan telur. Masyarakat kelas bawah dan menengah harus mengantre panjang yang untuk bahan pokok itu.

Di sisi lain, kelompok oposisi mengkritik gambar viral yang membandingkan pertemuan mewah dengan makanan sahur yang disajikan di asrama perguruan tinggi. Kritik yang terus muncul dari publik ini membuat salah seorang anggota AKP secara terbuka meminta untuk menghapus video dan gambar dari pertemuan itu.

Eks anggota parlemen AKP meminta ketua cabang pemuda Agri menghapus postingan video sahur dan postingan video serta foto segera dihapus. Sayangnya, cara itu tidak membantu situasi mereda. Ini memaksa Wali Kota Agri AKP Savci Sayan untuk membalikkan keadaan dengan menyatakan kritik yang dilontarkan pada pertemuan mewah merupakan diskriminasi terhadap kaum muda Kurdi.

“Pertemuan juga mengumpulkan 600-700 siswa dan hanya menelan biaya 21 ribu lira Turki, sekitar 1.400 dolar AS,” kata Sayan, dilansir di Al Monitor, Kamis (14/4/2022).

Namun, pernyataannya juga gagal menenangkan suara-suara marah. Kemudian, pada 8 April, Wakil Ketua AKP Mahir Unal menambah kegemparan publik.

Saat dia mengunjungi sebuah rumah warga dan memeriksa kompor, ia terkejut melihat sujuk, sosis Turki kering yang difermentasi. Dia membantah keluhan kalangan oposisi tentang tingginya biaya hidup.

“Lihat, mereka punya sujuk di sini. Bukankah mereka hanya mengeluh tentang biaya hidup?” ucap Unal.

Ilmuwan politik dan analis data Abdullah Aydogan mengatakan situasi yang semakin memanas dari pertempuran politik karena tidak terhubungnya realitas populasi secara umum dan anak muda pada proyek dengan hasil yang tidak terduga dari AKP. Misal, organisasi sahur yang boros di Agri mendapat reaksi keras.

“Seharusnya, banyak pemilih muda yang berjuang mengatasi kenaikan harga mengkritik acara tersebut,” ujarnya.

Mengenai reaksi Unal terhadap sujuk, Aydogan mengatakan dalam budaya Anatolia, orang cenderung memperlakukan tamu mereka dengan sangat murah hati. Terutama ketika menjamu tamu yang dianggap istimewa, mereka sering menyajikan makanan yang tidak mampu mereka beli pada hari biasa.

“Mengolok-olok makanan yang disajikan dan komentar tentang biaya hidup adalah kekecewaan besar. Tapi komentarnya itu, dia menegaskan sujuk menjadi makanan yang sangat sulit dijangkau oleh orang biasa,” tuturnya.

 

https://www.al-monitor.com/originals/2022/04/ramadan-becomes-political-battleground-turkey

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler