Klaim Menang, Putin Batalkan Rencana Serang Pabrik Baja di Mariupol

Putin mendeklarasikan kemenangan karena telah menduduki Mariupol

AP Photo/Alexei Alexandrov
Kendaraan yang rusak dan terbakar terlihat di bagian yang hancur dari Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, saat asap mengepul dari Metallurgical Combine Azovstal selama pertempuran sengit, di daerah yang dikendalikan oleh pasukan separatis yang didukung Rusia di Mariupol, Ukraina, Senin, April 18, 2022.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin pada Kamis (21/4/2022) memerintahkan militer Rusia untuk membatalkan rencana menyerbu pabrik baja Azovstal, Mariupol. Putin mendeklarasikan kemenangan karena telah menduduki Mariupol setelah hampir dua bulan pengepungan.

Putin mengatakan tidak ada gunanya mencoba membasmi para pejuang pembela Ukraina yang bersembunyi di dalam pabrik baja tersebut. Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu untuk memblokir pabrik baja itu dan kawasan industri di sekitarnya.

"Saya menganggap usulan penyerbuan zona industri tidak perlu. Saya memerintahkan Anda untuk membatalkannya. Blokir kawasan industri ini sehingga seekor lalat pun tidak bisa masuk," kata Putin kepada Shoigu dalam pertemuan yang disiarkan televisi pemerintah.

Shoigu memperkirakan 2.000 pejuang Ukraina  berada di dalam pabrik baja.  Putin meminta mereka untuk menyerah, dan memperlakukan mereka dengan hormat. Rusia mengatakan, selain pabrik baja yang besar, kota Mariupol secara efektif berada di bawah kendalinya.

Kepala negosiator Ukraina, Mikhailo Podolyak, mengusulkan agar diadakan pembicaraan khusus di Mariupol. "Tanpa syarat apa pun. Kami siap mengadakan 'putaran khusus negosiasi' di Mariupol. Satu lawan satu. Dua lawan dua. Untuk menyelamatkan orang-orang kita, Azov (batalyon), militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan yang terluka. Semuanya. Karena mereka milik kita," ujarnya.

Kota Mariupol telah dibombardir dan dikepung sejak awal perang. Ukraina mengatakan puluhan ribu warga sipil tewas di Mariupol.  Seorang komandan resimen Azov, Svyatoslav Palamar menolak tuntutan Rusia agar para pejuangnya menyerah.  Dalam sebuah video, Palamar menyerukan "pihak ketiga" untuk menjamin keselamatan ratusan warga sipil yang berlindung di bunker pabrik.

 "Izinkan saya mengatakan bahwa kami tidak menerima persyaratan yang ditetapkan oleh Federasi Rusia untuk menyerahkan senjata kami, dan para pembela kami menyerahkan diri mereka sebagai tahanan," kata Palamar.  

Rusia telah memblokir semua upaya Ukraina untuk mengirim bantuan ke Mariupol, termasuk bus untuk mengevakuasi warga sipil ke wilayah yang dikuasai Ukraina. Kiev menuduh Putin mendeportasi paksa puluhan ribu penduduk Mariupol ke Rusia. Moskow mengatakan, Rusia sejauh ini telah mengevakuasi 140.000 warga sipil

Pada Rabu (20/4/2022), pasukan yang didukung Rusia mengorganisir konvoi kecil bus untuk memgevakuasi penduduk meninggalkan daerah yang mereka kuasai menuju Zaporizhzhia, di wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina. Seorang penduduk, Tamara (64 tahun) dievakuasi bersama suami, putri, menantu dan cucunya dari Mariupol.

"Kami tinggal di ruang bawah tanah selama 30 hari," kata Tamara sambil menangis saat naik bus.

Mariupol adalah penghubung yang dibutuhkan Moskow untuk menyediakan koneksi yang aman, antara wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia di wilayah Donbas Ukraina timur dan Krimea. Mariupol juga merupakan pelabuhan utama Donbas.

Setelah gagal merebut Kiev dan dipaksa mundur dari Ukraina utara, Rusia berkumpul kembali untuk meluncurkan serangan besar baru di Donbas. Ukraina mengatakan, pasukan Rusia sejauh ini gagal merebut Kota Rubizhne, di Donbas yang telah menjadi fokus Moskow.


sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler