Menlu Rusia: Negosiasi dengan Ukraina Mandek
Proposal perjanjian yang diserahkan Rusia ke Ukraina tak terjawab.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan saat ini proses negosiasi dengan Ukraina sedang mengalami kemandekan. Hal itu karena proposal perjanjian yang diserahkan Moskow ke Kiev tak terjawab.
“Kami mengadakan negosiasi, sekarang mereka mandek karena lima hari lalu proposal kami berikutnya yang kami serahkan kepada negosiator Ukraina dan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan komentar mereka yang diterima pada saat itu tetap tidak terjawab,” kata Lavrov pada Jumat (22/4/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Lavrov, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku belum menerima proposal Rusia. "Bukan terserah saya untuk menilai sejauh mana dia mengendalikan situasi, tapi ini hanyalah karakteristik di mana proses yang disebut 'negosiasi' ini. Tetapi kami mengadakan negosiasi ini dengan pihak Ukraina dalam format bilateral hingga sekarang dan dalam kerangka ini Ukraina setuju menjadi negara netral, nonblok, dan bebas nuklir karena jaminan keamanan internasional diberikan," ucapnya.
Dia kembali mengungkit tentang komentar Presiden Rusia Vladimir Putin yang menolak Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada awal tahun ini. Kendati demikian, Putin menekankan siap mempertimbangkan jaminan keamanan untuk Ukraina, Eropa, dan Rusia dalam format lain. “Ini adalah posisi kami sejak awal dan kami mematuhinya,” ujar Lavrov.
Selama proses negosiasi, Ukraina menyebut Jerman dan Turki sebagai penjamin keamanan potensial. “Kami tidak menentang itu. Yang utama adalah apa substansi dari jaminan ini dan agar jaminan yang diterima Ukraina tidak menimbulkan ancaman bagi orang lain,” kata Lavrov.
Menurut PBB, sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu, lebih dari 5.100 warga sipil di Ukraina telah menjadi korban serangan Rusia. Sebanyak 2.224 di antaranya tewas. Sekitar 12 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Lima juta di antaranya mengungsi ke negara-negara tetangga. Pertempuran Rusia-Ukraina telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil.