Umat Islam Kejar Indonesia Emas 2045

Umat Islam perlu memiliki peta jalan menuju Indonesia emas 2045

Yogi Ardhi/Republika
Umat Islam, ilustrasi
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Ketua Yayasan Darul Hikam, Sodik Mudjahid menyampaikan, saat ini umat Muslim di Indonesia masih lemah di berbagai bidang. Misalnya, di sektor ekonomi, umat Muslim belum mendominasi. Kemudian, di bidang politik, pun masih menunjukkan keprihatinan.

"Dari sisi pemerintahan, juga kondisinya seperti ini. Dari sisi legislasi, tidak banyak nilai-nilai Alquran yang memberikan makna kepada perundang-undangan. Sementara di sisi lain, banyak nilai sekularisme, liberalisme, dan kapitalisme, yang teriak Pancasilais tetapi banyak memberikan nilai-nilai kepada undang-undang kita," tutur dia dalam agenda diskusi Dinamiku Darul Hikam bertajuk 'Program dan Agenda Umat Islam Menuju Indonesia Emas 2045', Ahad (24/4/2022).

Karena itu, menurut Sodik, jangan sampai sejarah masa lalu terulang terus sampai 2045. Tertinggal secara ekonomi, politik, pemerintahan dan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Sodik memaparkan, mengapa itu terjadi, di antaranya karena belum adanya peta jalan untuk memajukan umat Muslim Indonesia. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr ayat 18)

"Dari dulu sampai 2022, kita belum pernah punya agenda, persis yang kita khawatirkan. Maka jangan sampai kita tidak punya agenda 2045. Ketika tidak ada roadmap (peta jalan), maka kita tidak ada agenda yang cerdas, sistematis, analitis, berbasis data dan ilmu," tuturnya.


Baca Juga


Umat Muslim di Indonesia, lanjut Sodik, ke depannya perlu memiliki peta jalan minimal berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT). "Berbasis itulah kita membuat roadmap sebagai pegangan kerja kita," ungkapnya.

Sodik juga mengajak umat Muslim untuk bekerja dengan sabar dan tenang serta tidak emosional-reaksioner. Menurutnya, sekarang ini masih banyak kalangan umat Muslim yang bekerja secara emosional-reaksioner. Dia pun menyinggung tidak adanya koordinasi dan sinergi di antara umat Muslim. "Kita teriak persatuan, susah. Teman-teman dari agama lain, mereka memang tidak bersatu tetapi budaya koordinasi dan sinerginya luar biasa," kata dia.

Selain itu, Sodik menambahkan, umat Muslim juga perlu melakukan evaluasi dan realisasi secara bertahap. Jika tidak bisa merealisasikan seluruhnya, maka perlu mengerjakan sebagiannya terlebih dulu. Dia mengingatkan, realisasi secara bertahap bukan bentuk tidak istiqomah, tetapi inilah yang sebaiknya dilakukan.

"Intinya adalah roadmap, pola kerja yang tidak emosional-reaksioner, bekerja secara sistematis, dan bersabar mau bertahap, sistematis," terang anggota DPR RI itu.

Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, yang turut hadir dalam diskusi tersebut, menyampaikan, menjelang Indonesia Emas 2045, umat Muslim di Indonesia dihadapkan pada kondisi di mana tidak terlalu kondusif untuk berkembang. Sebab, saat ini masyarakat Muslim dihadapkan pada keadaan kurangnya ilmu pengetahuan, ekonomi dan lainnya, sehingga ketinggalan di bidang-bidang tertentu.

Dadang juga menyebutkan, sekarang ini majelis-majelis taklim tidak terlalu laku bagi anak-anak muda. Media sosial menjadi tempat belajar mereka kecuali yang menempuh pendidikan di pesantren atau madrasah.

"Yang mereka tahu adalah ustadz-ustadz di media sosial, di mana yang diajarkan itu adalah sesuatu yang ringan tanpa ada rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan. Ini melahirkan kedangkalan beragama dan menguatnya formalisme agama. Karena yang penting bagi mereka adalah penyajian yang menarik," ungkap guru besar sosiologi agama UIN Bandung itu.



Karena itu, Dadang mengingatkan, yang tidak boleh terabaikan adalah pembinaan akhlak. Menurutnya, sekarang akhlak terabaikan oleh semua pihak sehingga saat ini terjadi krisis keteladanan. dan msayar umat islam ugngul kalau berdaskan hal ini akan ktia rasakan di uamt berikutnya.

Alquran, lanjut Dadang, telah menyampaikan bagaimana masyarakat yang ideal. Salah satunya seperti dalam Surah Al-Maidah ayat 66, Allah SWT berfirman, "Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat." Dadang memaparkan, frasa ummat muqtashidat bermakna masyarakat yang bersahaja, proporsional dalam bertindak, tidak berlebihan dan tidak berkurang.

Kemudian, Surah Ali Imran ayat 104 dan 110, menyampaikan agar anggota masyarakat tidak dibatasi tetapi diberikan kebebasan seluas-luasnya dan diberikan kemerdekaan untuk berekspresi secara terbuka, bebas dan kreatif. Termasuk dapat mengakses informasi yang relevan dan memiliki alat untuk mengontrol stabilitas pemerintah. "Ini saya kira perlu menjadi perhatian kita bersama dalam mengejar Indonesia Emas 2045," imbuhnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler