Hari Kesiapsiagaan Bencana Jangan Cuma Jadi Seremoni

Masyarakat harus bisa berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas.

Antara/Maulana Surya
Petugas mengikuti simulasi bencana gempa saat Hari Kesiapsiagaan Bencana di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (26/4/2021). Simulasi yang melibatkan Polisi, TNI, SAR, PMI, PNS dan relawan tersebut bertujuan untuk melatih kesiapan dan kesigapan menghadapi musibah bencana gempat.
Rep: Wahyu Suryana Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menekankan, Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang diselenggarakan tiap tahun bukan hanya seremonial. Namun, merupakan media meningkatkan kesadaran dan kemampuan kita sebagai bangsa.

Baca Juga


Khususnya, kata Suharyanto, masyarakat yang ada di daerah rawan bencana untuk meningkatkan kapasitas menghadapi bencana. Peran aktif seluruh pihak pentahelix mulai pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat dan media sangat penting.

"Untuk keefektifan pengurangan resiko bencana," kata Suharyanto dalam jumpa pers Menuju Puncak Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 yang diselenggarakan di Pendopo Bupati Sleman, Senin (25/4/2022).

Artinya, masyarakat harus bisa berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas, mulai dari tingkat individu, keluarga, hingga komunitas. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek saat bencana menimpa, tapi juga harus mampu bertindak sebagai subyek.

Puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 akan dilaksanakan di Gunung Merapi. Lokasi tersebut dipilih karena masyarakat di sekitar Gunung Merapi dinilai sudah memahami langkah dan konsep apabila terjadi bencana.

Pengalaman bertahun-tahun masyarakatnya yang tinggal harmoni di kaki Gunung Merapi membentuk kesadaran dan kearifan lokal. Masyarakat sudah paham langkah-langkah yang harus dilakukan bila Gunung Merapi sewaktu-waktu mengalami erupsi.

Suharyanto mencontohkan, salah satu langkah masyarakat di Gunung Merapi yang cukup unik adanya pengungsian untuk hewan ternak. Tidak hanya berfokus kepada keselamatan, namun keberlangsungan ekonomi jangka panjang masyarakat sendiri.

Suharyanto berharap, kesiapsiagaan masyarakat di Gunung Merapi dapat menjadi contoh daerah-daerah lain. Khususnya, bagi masyarakat yang tinggal di gunung berapi lainnya, mengingat Indonesia memiliki 127 gunung api yang masih aktif. 

"Saya mengimbau kepada seluruh unsur pentahelix untuk berpartisipasi dalam puncak peringatan HKB 2022 dengan membunyikan lonceng atau sirine pada pukul 10.00 waktu setempat dan melakukan simulasi evakuasi mandiri," ujar Suharyanto.

Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati menuturkan, peran BMKG dalam memberikan peringatan dini harus didukung penuh oleh peran masyarakat. Peringatan dini bencana sendiri dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek hulu dan hilir.

Aspek hulu berhubungan teknologi yang terdiri dari analis, prediksi, dan penyebar luasan informasi, sedangkan aspek hilir berhubungan masyarakat. Peringatan dini yang dikirimkan BMKG selama 24 jam akan masuk ke sistem-sistem pemerintah daerah.

Namun, bila di daerah sistemnya tidak berjalan, korban akan tetap timbul. Semua aspek yang ada pada bagian hulu tidak akan ada artinya jika aspek hilirnya tidak berjalan. Karenanya, PR bersama masyarakat memahami informasi peringatan dini.

Soal Hari Kesiapsiagaan Bencana, ia merasa menjadi penting karena jika masyarakat memahami informasi belum menjamin mereka melakukan upaya-upaya yang direkomendasi. HKB bisa jadi media edukasi dan sosialisasi respon awal kesiapsiagaan hadapi bencana.

"Harapannya, peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana dapat menjadi tempat kita untuk menguji dan melatih hingga akhirnya menjadi budaya yang tersistem dalam struktur kehidupan masyarakat kita," kata Dwikorita. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler