Kasus Covid-19 Terkendali Setelah Berbagai Pelonggaran, Tetapi Jokowi Masih Hati-Hati
Jokowi belum akan mencabut status pandemi dan beralih ke endemi.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri
Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini dinilai terkendali meskipun pelonggaran berbegai aktivitas masyarakat sudah diterapkan oleh pemerintah. Pada Senin (25/4/2022), angka kasus konfirmasi harian Covid-19 dilaporkan 'hanya' sebanyak 317 kasus.
Jumlah kematian harian kemarin juga tercatat di bawah 50 kasus atau tepatnya 33 kasus kematian. Adapun, pasien yang sembuh dari Covid-19, pada Senin tercatat sebanyak 4.664 orang.
"Pelonggaran aktivitas hampir di semua provinsi pada kenyataannya tidak melihat peningkatan kasus secara signifikan," ujar Nadia dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (25/4/2022).
Terkendalinya kasus Covid-19 saat ini membuat pemerintah percaya diri untuk melonggarkan kembali pengetatan kegiatan masyarakat. Bahkan sejak awal Ramadhan, pemerintah memutuskan untuk mengizinkan masyarakat bisa mudik kembali setelah dua tahun tidak melakukan mudik.
"(kasus) Jauh turun dari saat kita mengalami puncak Omicron sebanyak 61 ribu kasus atau pun juga pada saat kita mengalami varian Delta yang dengan angka kematian yang cukup tinggi," paparnya.
Menurut Nadia, kondisi saat ini sama seperti pada September-Desember 2021, di mana pandemi sudah bisa dikendalikan. Saat ini, angka penularan Covid-19 bisa dipertahankan di bawah satu persen selama kurang lebih 3,5 bulan.
Nadia mengatakan, Indonesia patut bersyukur pengendalian Covid-19 di Indonesia terbilang lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya, termasuk negara-negara ASEAN.
"Kalau kita lihat Malaysia sendiri masih mencatatkan 4.000 kasus per hari pada 24 April lalu, Singapura 2.000 kasus per hari dan Thailand itu hampir 15 ribu kasus dan Australia itu 33.700 kasus," kata Nadia.
Berbicara terpisah, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi, mengidentifikasi setidaknya ada empat hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya lonjakan kasus covid-19. Pertama, apabila disiplin protokol kesehatan rendah. Kedua apabila mobilitas masyarakat tinggi.
"Ketiga apabila cakupan vaksinasinya rendah dan terakhir adalah adanya varian baru," paparnya, Senin.
Sonny pun meminta tetap menegakkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker. Masyarakat juga disarankan melengkapi vaksinasi Covid-19 sebelum mudik.
Sonny menambahkan pemerintah mengizinkan mudik berdasarkan pada data dan fakta. Namun, ada sejumlah syarat yang harus dipatuhi masyarakat.
"Syarat ini ditetapkan untuk melindungi kita semua. Pertama pemerintah mendorong vaksinasi," kata Sonny.
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan indikator menuju status endemi terus membaik. Sehingga, menurutnya Indonesia melangkah optimistis mengakhiri pandemi Covid-19.
"Optimisme terhadap perubahan status penyakit Covid-19 dari pandemi menjadi endemi merupakan hal wajar, apalagi jika tren yang selama ini terus membaik dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan," kata dia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat, pekan lalu.
Secara epidemiologis, Covid-19 akan berubah menjadi endemi tatkala tingkat penularan terkendali dan telah terbentuk kekebalan kelompok di tengah masyarakat yang bisa terwujud melalui program vaksinasi. Syamsul merujuk data Kementerian Kesehatan yang menunjukkan penurunan insidensi kasus konfirmasi Covid-19 pada 14 April 2022 sebabyak 833 orang, sedangkan pada tiga pekan sebelumnya, pasien positif bertambah 5.808 orang per 24 Maret 2022.
Hal tersebut menunjukkan penurunan kurang lebih 85,66 persen, sehingga penurunan lebih dari target, yaitu 50 persen, dalam tiga pekan terakhir. Sementara itu angka positif pada Tanggal 14 April 2022 adalah 9,79 persen dan pada 1 April 9,93 persen. Angka ini memang menunjukkan nilai yang masih berada di atas target, yaitu kurang dari 5 persen, minimal selama dua pekan terakhir.
"Namun jika kita perhatikan hari terakhir 8 Maret 2022 berada di 13,26 persen dan dua minggu yang lalu (21 Februari 2022) sebesar 14,2 persen. Angka ini menunjukkan tren perbaikan yang signifikan," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Begitu juga penurunan jumlah kematian pada kasus terkonfirmasi selama tiga pekan terakhir. Pada 14 April 2022 jumlah kematian 48 jiwa. Sementara tiga pekan yang lalu (24 Maret 2022) jumlah kematian 122 jiwa.
"Jika kita perhatikan angka CFR 14 April 2022 adalah 2,58 persen. Data ini menunjukkan bahwa angka kematian absolut sudah jauh mengalami penurunan, meskipun jika dari angka CFR masih lebih dari target WHO, yaitu 2 persen. Namun baik angka kematian absolut dan angka kematian dalam CFR, semuanya mengalami tren perbaikan," ujarnya.
Kemudian penurunan jumlah kasus terkonfirmasi dan probable yang dirawat di rumah sakit dan kasus yang masuk ICU selama minimal dua pekan terakhir. Nilai BOR pasien rawat inap Tanggal 13 April 2022 adalah 4,30 persen. Angka ini sudah jauh berkurang dibandingkan BOR rawat inap tanggal 1 April 2022 adalah 8,27 persen.
Adapun capaian vaksinasi lengkap (dosis dua) pada 15 April 2022 sebanyak 162.372.110 orang dengan sasaran nasional 208.265.720 jiwa, sehingga cakupan telah mencapai 77,96 persen. Artinya, untuk membentuk kekebalan komunitas semakin besar, sebab cakupan vaksinasi juga terus mengalami peningkatan.
Syamsul menyatakan jika memperhatikan tren perbaikan pada masing-masing indikator, maka ada optimisme Indonesia dapat mengubah status menjadi endemi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan tetap fokus berupaya agar indikator-indikator tersebut dapat dengan segera dipenuhi semuanya.
Namun, berbagai indikator terkendalinya kasus Covid-19 di Indonesia tak serta merta membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera mencabut status pandemi. Menurut Jokowi, masa transisi dari pandemi ke endemi Covid-19 akan dilakukan secara hati-hati.
Jokowi menegaskan, pemerintah tak ingin tergesa-gesa mengikuti negara lain dalam melonggarkan protokol kesehatan, seperti memperbolehkan membuka masker.
"Tetapi apa pun ada masa transisi yang kita masih harus hati-hati. Saya tidak ingin kaya negara-negara lain langsung buka masker, ndak,” kata Jokowi saat memberikan keterangan pers usai meninjau proyek pembangunan sirkuit Formula E Ancol, Jakarta, yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Senin (25/4).
Jokowi menyampaikan, masa transisi menuju endemi ini diperkirakan akan dilakukan selama 6 bulan.
“Ini masih ada transisi kira-kira 6 bulan, kita lihat seperti apa, baru nanti silakan kalau yang di luar ruangan buka masker, kalau yang di dalam ruangan masih tetap pakai masker,” jelasnya.
Presiden menegaskan, terdapat tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama masa transisi ini. Karena itu, pemerintah tidak akan tergesa-gesa melonggarkan kebijakan agar bisa segera beralih menuju periode endemi.
“Karena apa pun kita punya pengalaman saat Delta seperti apa, saat Omicron seperti apa, sehingga kehati-hatian, kewaspadaan itu tetap harus,” kata Jokowi.
Ia juga menyampaikan, pemerintah mempersilakan masyarakat untuk mudik ke kampung halaman dengan mempertimbangkan kondisi kasus harian Covid-19 saat ini yang sudah sangat rendah dan terkendali. Selain itu, kasus aktif Covid-19 juga telah menurun menjadi di bawah 20 ribu kasus.
“Memang rendah,” tambah dia.