Belum Sebulan, Wanita yang Sudah Divaksinasi Penuh Terinfeksi Omicron dan Delta

Infeksi ini tercatat sebagai waktu terpendek antar infeksi yang dilaporkan.

Pxhere
Infeksi ini tercatat sebagai waktu terpendek antar infeksi yang dilaporkan.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seorang petugas kesehatan di Spanyol yang telah divaksinasi lengkap terinfeksi Covid-19 dua kali dalam waktu kurang dari sebulan. Ini tercatat sebagai waktu terpendek antar infeksi yang dilaporkan.

Baca Juga


Perempuan berusia 31 tahun itu terinfeksi varian Omicron hanya 21 hari setelah tertular varian Delta. "Kasus ini menyoroti potensi varian Omicron untuk menghindari kekebalan sebelumnya yang diperoleh baik dari infeksi alami dengan varian lain atau dari vaksin," kata penulis studi Gemma Recio, seorang peneliti di Catalan Institute of Health di Tarragona, Spanyol.

Petugas kesehatan itu pertama kali dinyatakan positif Covid-19 pada 20 Desember 2021, selama pemeriksaan staf di tempat kerjanya. Dia telah menerima suntikan booster 12 hari sebelumnya. Dia melakukan isolasi mandiri selama 10 hari sebelum kembali bekerja dan tidak menunjukkan gejala apa pun.

Namun pada 10 Januari 2022, ia mengalami batuk, demam, dan merasa tidak enak badan secara umum. Dia pergi untuk tes PCR lagi, dan secara mengejutkan dia dinyatakan positif Covid-19.

Menurut sebuah studi kasus yang dipresentasikan pada pertemuan European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases di Lisbon, Portugal, sekuensing seluruh genom menunjukkan bahwa infeksi pertama disebabkan oleh varian Delta dan yang kedua oleh Omicron. Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan biasanya dianggap pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review.

"Orang yang telah terinfeksi Covid-19 tidak bisa berasumsi bahwa mereka terlindungi dari infeksi ulang, bahkan jika mereka telah divaksinasi sepenuhnya. Namun demikian, baik infeksi sebelumnya dan vaksinasi tampaknya bisa melindungi sebagian dari penyakit parah dan rawat inap pada mereka yang menderita Omicron," kata Recio seperti dilansir dari US News, Rabu (27/4/2022).

Recio mengatakan kasus ini juga menggarisbawahi perlunya pengawasan genomik virus pada infeksi dan reinfeksi pasien yang divaksinasi lengkap. "Pemantauan semacam itu akan membantu mendeteksi varian dengan kemampuan untuk menghindari sebagian dari respons imun," kata Recio.

WHO menandai Omicron sebagai variant of concern pada 26 November 2021, dan sejak itu menjadi varian dominan di seluruh dunia. Omicron jauh lebih menular daripada Delta dan seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus ini, dapat menghindari kekebalan dari infeksi dan vaksinasi sebelumnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler