Adenovirus 41F Kemungkinan Picu Wabah Hepatitis pada Anak

Terjadi peningkatan kasus hepatitis pada anak di beberapa negara.

EPA PHOTO/PHOTOMIG/Oleg ZAKHAROV
Seorang ayah dan anaknya terpaksa tidur di ranjang yang sama di rumah sakit di Krasnodon, Ukraina, Selasa 24 Juni 2003 akibat wabah hepatitis A. Kini, kasus hepatitis A meningkat di beberapa negara.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, ada cukup banyak laporan di mana anak-anak mengalami gejala hepatitis yang belum diketahui penyebabnya. Namun, para ahli menilai kasus hepatitis tersebut dipicu oleh infeksi sebuah strain adenovirus bernama 41F.

Di Inggris, misalnya, saat ini ada 114 anak yang terdiagnosis dengan hepatitis. Jumlah kasus ini tercatat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Anak-anak yang terkena hepatitis mengalami gejala seperti merasa mual atau muntah dan diare yang diikuti oleh sakit kuning atau jaundice.

Menurut laporan dari UK Health Security Agency (UKHSA), ada beberapa faktor yang mungkin memicu terjadinya wabah ini. Salah satu yang sedang diinvestigasi oleh peneliti adalah kemungkinan ada atau tidaknya hubungan wabah hepatitis ini dengan riwayat infeksi Covid-19.

Di sisi lain, UKHSA juga menemukan bahwa sekitar 75 persen anak yang mengalami hepatitis juga sudah terinfeksi oleh galur adenovirus bernama 41F. Strain ini ditemukan oleh tim peneliti melalui analisis sampel darah. Tim peneliti juga menemukan jenis adenovirus lain pada sampel non darah.

"Informasi yang terkumpul dari investigasi kami semakin mengindikasikan bahwa peningkatan kasus hepatitis yang tiba-tiba pada anak ini berkaitan dengan infeksi adenovirus," ungkap direktur klinis dan kemunculan infeksi dari UKHSA Dr Meera Chand, seperti dilansir The Sun, Rabu (27/4/2022).

Baca Juga


Kasus hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus memang sangat jarang. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak bisa terjadi.

Adenovirus sendiri merupakan virus yang cukup umum dan bisa menyebabkan beragam gejala pada orang yang terinfeksi. Virus ini memiliki sekitar 50 mutasi. Namun, strain yang saat ini sedang diteliti dan dicurigai berkaitan dengan lonjakan kasus hepatitis pada anak adalah 41F.

 

 

 

Beberapa gejala yang kerap bisa ditimbulkan dari infeksi adenovirus adalah gejala pilek dan flu biasa, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, radang paru-paru, konjungtivitis, masalah saluran cerna seperti mual atau muntah dan diare.

Virus ini diketahui jarang menyebabkan sakit yang serius. Akan tetapi, orang-orang dengan sistem imun yang lemah, memiliki masalah pernapasan, atau penyakit jantung cenderung berisiko mengalami gejala berat bila terinfeksi dengan adenovirus.

Beberapa gejala yang lebih berat dan jarang terjadi akibat infeksi adenovirus adalah peradangan saluran kemih dan infeksi saluran kemih. Masalah yang memengaruhi otak atau saraf tulang belakang juga dapat terjadi. Hepatitis juga termasuk efek samping yang sangat jarang dipicu oleh infeksi adenovirus.

Menjaga kebersihan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah terjadinya penyebaran adenovirus. Alasannya, adenovirus bisa menyebar melalui kontak erat seperti bersentuhan. Seperti halnya SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19, virus ini juga bisa ditularkan melalui percikan droplet batuk dan bersin serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi dengan adenovirus.

"Beberapa adenovirus bisa menyebar melalui kotoran orang yang terinfeksi, contohnya saat mengganti popok. Adenovirus juga dapat menyebar melalui air, misalnya di kolam renang, tapi ini tidak begitu umum," jelas Centers for Disease Control (CDC).

Dr Chand menganjurkan orang tua atau pengasuh anak untuk lebih waspada terhadap gejala-gejala hepatitis yang mungkin dialami anak. Bila menemukan adanya gejala ini pada anak, segera hubungi layanan kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Beberapa gejala yang sebaiknya diwaspadai adalah sakit kuning atau jaundice di mana kulit dan putih mana jadi menguning, urine berwarna gelap, kotoran berwarna pucat atau keabu-abuan, dan kulit gatal. Beberapa gejala lainnya adalah demam tinggi, merasa mual atau muntah, merasa lelah sepanjang waktu, penurunan nafsu makan, dan nyeri perut.

Anak yang mengalami gejala saluran cerna, seperti muntah atau diare, disarankan untuk berdiam di rumah dan tidak ke sekolah. Hal ini sebaiknya dilakukan sampai 48 jam setelah gejala berhenti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler