LPDP Siap Evaluasi Posisi Prof Budi Santoso yang Terlibat Seleksi Beasiswa

Rektor ITK dalam opininya, tak suka mahasiswa yang mengucap insya Allah, barakallah.

Dok LPDP
Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Andin Hadiyanto.
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) siap mengevaluasi posisi Prof Budi Santoso Purwokartiko sebagai penguji beasiswa LPDP bagi mahasiswa dan mahasiswa yang mengajukan beasiswa melalui program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek. LPDP selama ini berada di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Dirut LPDP Andin Hadiyanto mengatakan, langkah evaluasi dilakukan menyikapi tulisan rektor Institut Tekhnologi Kalimantan (ITK) tersebut yang sedang viral di masyarakat. Hal itu lantaran isi tulisan guru besar Universitas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut bermuatan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).



"LPDP akan terus berkordinasi dengan Kemendikbudristek untuk terus mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan tugas para interviewer untuk menjamin pelaksanaan seleksi beasiswa sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata Andin kepada Republika di Jakarta, Ahad (1/5/2022).

Baca: Penuding LPDP Dikuasai Kaum Tarbiyah Ternyata Caleg PSI

Menurut dia, LPDP adalah dana abadi pendidikan yang berasal dari APBN dan dikelola secara profesional dan berintegritas. Andin menegaskan, LPDP dikelola berdasarkan Pancasila dan nilai kebangsaan Indonesia yang bineka dan bersatu, yang menghargai dan menghormati perbedaan.

"LPDP menjunjung tinggi etika dan adab kepatutan serta toleransi dan tidak memperkenankan dan tidak menyetujui sikap dan ujaran kebencian, serta sikap diskrimanisasi termasuk sentimen berdasarkan SARA," kata Andin.

Meskipun tulisan Prof Budi Santoso Purwokartiko adalah opini pribadi, sambung dia, namun dampaknya berpotensi menimbulkan resiko reputasi terhadap kegiatan yang bersangkutan sebagai interviewer program beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Andin menjelaskan, IISMA adalah program untuk mendanai mahasiswa Indonesia yang melakukan mobilitas di universitas terkemuka di luar negeri selama kurang lebih satu semester.

"Program IISMA merupakan bagian dari program beasiswa yang dilaksanakan oleh Kemendikbudristek dengan dukungan pendanaan dari LPDP," ucap Andin.

Terkait pelaksanaan seleksi beasiswa LPDP yang selama ini berjalan, kata dia, lembaganya memiliki kebijakan seleksi yang objektif, adil, dan menghargai keberagaman sesuai nilai-nilai kebangsaan. Andin menegaskan, agar penilaian seleksi dapat objektif, aktivitas wawancara dilakukan secara kolektif. Sehingga diharapkan tidak didominasi penilaian subjektif individu.

Selanjutnya, penilaian juga ditelaah kembali di tahapan berikutnya agar hasil penilaian valid sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pedoman seleksi beasiswa LPDP. "Sesuai ketentuan, interviewer juga harus mematuhi kode etik dalam melaksanakan tugas dan dan diharapkan melakukan seleksi wawancara secara profesional dan objektif," kata Andin.

Berikut isi tulisan Budi Santoso Purwokartiko yang kontroversial:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek.

Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.

Baca: Jenderal Andika, Laksamana Yudo, dan Admiral Kim Jung Salam Sarangheo

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler