Penyebaran PMK tak Ganggu Pasokan Daging di Surabaya
Rata-rata hewan yang dipotong masih 150 ekor per hari di RPH Kota Surabaya
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Utama Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho mengaku, pasokan hewan potong yang masuk tidak terpengaruh wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menjangkit hewan ternak di empat kabupaten di Jatim. Rata-rata hewan yang dipotong masih 150 ekor per harinya.
"Alhamdulilah jumlah potongan masih tidak terpengaruh. Artinya, RPH Surabaya tetap melayani pemotongan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait kebutuhan daging yang sehat, berkualitas, dan terjamin halal," kata Fajar, Rabu (11/5/2022).
Sebagai bentuk antisipasi virus PMK, ia juga menyatakan sudah memberikan pemahaman kepada mitra jagal bahwa yang menjadi fokus saat ini adalah pencegahan dan penanganan. Artinya, pemotongan dan operasional RPH harus berjalan, sehingga masyarakat mendapatkan pasokan daging yang baik dan tidak terpengaruh dengan adanya isu PMK.
"Yang kita antisipasi adalah karena Surabaya ini dekat Sidoarjo, Lamongan, Gresik, dan Mojokerto. Jangan sampai wabah itu masuk lingkungan RPH," ujarnya.
Fajar mengatakan, pihaknya juga telah menolak sementara masuknya hewan ternak dari daerah suspek PMK, yakni Kabupaten Sidoarjo, Lamongan, Gresik, dan Mojokerto. Pihaknya juga menerapkan skrining ketat pada semua hewan ternak yang masuk RPH. Utamanya dari empat kabupaten di Jawa Timur yang ditemukan virus PMK.
"Kami dengan tegas sementara menolak hewan dari empat daerah yang terjangkit dengan PMK tersebut," kata dia.
Fajar menambahkan, pihaknya juga melakukan penyemprotan secara rutin biosafety pada semua kandang ternak yang masuk dari kendaraan. Sebab menurutnya, penularan virus PMK dapat masuk lewat kendaraan maupun hal yang terkait dengan hewan tersebut.
"Makanya di setiap pintu masuk dan kandang RPH semua dilakukan penyemprotan. Hari ini kita semprot beberapa, karena ketika masuk belum sempat kita disinfektan," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan ditemukannya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di empat kabupaten di Jawa Timur. Empat kabupaten yang dimaksud adalah Lamongan, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Total ternak yang terjangkit PMK di empat kabupaten tersebut sebanyak 1.247 ekor.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim pemerintan sudah bisa mengendalikan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ribuan hewan ternak di sejumlah daderah. Syahrul mengatakan, dari ribuan hewan ternak yang terserang virus PMK, total hewan ternak yang mati hanya di bawah 3 persen.
"Dari data sekitar 2.000 hewan ternak yang terjangkit PMK, hanya 33 ternak yang mati. Artinya pengendalian sudah bisa kami lakukan," kata Syahrul.
Syahrul menjelaskan, virus PMK menyerang ribuan hewan ternak di empat kabupaten wilayah Jatim, dan dua kabupaten di Aceh. Sesuai instruksi presiden, kata Syahrul, Kementan telah meminta agar bupati melakukan pengendalian teknis, gubernur melakukan pengendalian strategis, dan Kementerian Pertanian melakukan penguatan melalui segala upaya yang ada.
Syahrul mengatakan, meski PMK telah mampu dikendalikan namun pemerintah daerah tidak boleh terlalu percaya diri dan hanya berdiam diri. Apalagi virus tersebut bisa menyebar melalui udara. "Sesuai intruksi presiden, kami juga telah meminta melakukan penutupan lokasi. Langkah ini cukup efektif dalam empat hari ini, dan semua pihak harus tetap bekerja keras," ujarnya.