Tiga Calon Rektor UGM Terseleksi
Tiga calon rektor terseleksi ini nantinya akan diserahkan kepada pimpinan MWA.
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tiga calon rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2022-2027 terseleksi dalam rapat pleno Senat Akademik untuk seleksi calon rektor UGM. Agenda digelar secara luring menerapkan prokes ketat oleh Satgas Covid-19 UGM.
Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Calon Rektor UGM, Prof Suratman mengatakan, ketiga calon rektor terpilih ada Prof Bambang Agus Kironoto, Prof Deendarlianto dan Prof Ova Emilia. Agenda diikuti sebanyak 80 anggota Senat Akademik UGM.
Rapat pleno dihadiri bakal calon rektor Prof Ali Agus (Peternakan), Prof Bambang Agus Kironoto (Teknik), Prof Deendarlianto (Teknik), Prof Ova Emilia (FKKMK), Prof Sigit Riyanto (Hukum) dan Prof Teguh Budipitojo (Kedokteran Hewan).
Semua bakal calon rektor wajib menyampaikan program kerja, arah atau tujuan sesuai kebijakan umum UGM serta strategi penyampaian di hadapan panelis. Setelah tanya jawab, dilakukan proses penilaian anggota yang hadir secara langsung.
Suratman menerangkan, penilaian bakal calon rektor UGM periode 2022-2027 dilaksanakan secara digital berdasarkan lima kriteria. Hal itu sebagaimana diatur Pasal 16 Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Nomor 3 Tahun 2016.
"Alhamdulillah, acara rapat pleno berlangsung lancar dan telah menghasilkan tiga calon rektor terseleksi," kata Suratman di GSP UGM, Kamis (12/5).
Ia menjelaskan, tiga calon rektor terseleksi ini nantinya akan diserahkan kepada pimpinan MWA dan akan dilaksanakan pemilihan dan penetapan pada 20 Mei 2022. Suratman menekankan, secara umum acara rapat pleno berjalan lancar.
Sebelum rapat pleno Senat Akademik untuk seleksi calon rektor, telah dilakukan beberapa rangkaian kegiatan dalam proses seleksi tersebut. Seperti Sarasehan Nyawiji Menuju UGM I dan FOrum Penjaringan Aspirasi Publik.
Rektor UGM periode 2017-2022, Prof Panut Mulyono berharap, siapapun yang nanti terpilih melanjutkan kiprah UGM. Meneguhkan, memperkuat jati diri, meningkatkan kontribusi, memajukan untuk kemanfaatan dan kontribusi lebih besar bagi bangsa.
"UGM tidak boleh tertarik kepentingan politik di negeri ini, netral, berpegang kepada mandat UGM, dan selalu kalau bisa UGM jadi kampus bangsa Indonesia," ujar Panut.