Pembuat Apple iPod Ingatkan Metaverse Bisa Rusak Interaksi Manusia

Metaverse berbasis realitas virtual menghilangkan kemampuan melihat wajah orang lain.

www.freepik.com.
Pembangunan metaverse Indonesia dipekirakan membutuhkan waktu cukup lama. (ilustrasi).
Rep: Meiliza Laveda Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat iPod Apple memperingatkan risiko metaverse. Salah satunya merusak interaksi manusia. Menurut Tony Fadell, metaverse berbasis realitas virtual menghilangkan kemampuan untuk melihat wajah orang lain.

Baca Juga


“Jika Anda menempatkan teknologi di antara hubungan manusia itu, saat itulah toksisitas terjadi," kata Fadell.

Metaverse adalah dunia realitas virtual di mana orang dapat membuat avatar sendiri untuk berinteraksi dengan orang lain di dunia daring. Di sana, orang dapat melakukan aktivitas seperti di dunia nyata. Misal, bermain game, bekerja, dan menghadiri konser musik yang dapat diakses melalui headset realitas virtual (VR).

CEO Mark Zuckerberg menginvestasikan miliaran dolar AS dan mempekerjakan ribuan pekerja untuk menciptakan metaverse. Facebook yang juga memiliki perusahaan lain, yaitu Instagram, Whatsapp, dan Oculus mengubah nama perusahaan induknya menjadi Meta pada tahun lalu.

Meski begitu, Fadell mengatakan teknologi di balik metaverse memiliki kelebihan. “Ketika Anda mencoba berinteraksi, Anda tidak perlu melihat wajah orang lain,” ujarnya.

Sayangnya, teknologi itu bisa memicu celah yang dapat disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggun jawab. “Kita perlu mendapatkan kembali kendali atas koneksi manusia nyata, kita tidak membutuhkan lebih banyak teknologi di antara kita,” tambahnya.

Dilansir BBC, Jumat (13/5/2022), raksasa teknologi Microsoft dan Epic Games, pemilik game komputer Fornite, juga berinvestasi besar-besaran di metaverse. Microsoft menambahkan avatar dan lingkungan virtual 3D ke sistem obrolan Teams-nya yang diharapkan akan ditayangkan tahun ini.

Zuckerberg mengatakan metaverse adalah internet yang diwujudkan tidak hanya untuk melihat konten, tetapi menghadirkan manusia di dalamnya. Dia menyebut orang tidak boleh hidup hanya dari gawai mereka.

Selain berpengaruh pada hubungan antar manusia, metaverse juga dikritik atas keamanan karena kemampuan orang untuk membuat dan bersembunyi di balik avatar. Salah satunya datang dari penemu konsol game PlayStation Sony Ken Kutaragi.

“Anda lebih suka menjadi avatar daripada diri Anda yang sebenarnya? Itu pada dasarnya tidak berbeda dari situs papan pesan anonim,” kata Kutaragi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler