Kolesterol Tinggi Picu Perubahan pada Kuku Kaki, Bisa Jadi Pertanda Serius

Tanda kolesterol tinggi bisa terdapat pada kuku.

www.freepik.com
Kuku kaki (ilustrasi). Kolesterol tinggi dapat memicu perubahan pada kuku kaki.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolesterol tinggi merupakan penyebab utama dari penyakit jantung dan pembuluh darah. Persoalannya, gejala klinis kolesterol kerap tidak muncul sehingga orang tidak menyadarinya.

Meski begitu, perubahan pada kuku kaki dapat memperlihatkan kemungkinan terjadinya penumpukan plak di pembuluh darah. Hal tersebut bisa menjadi masalah kesehatan yang serius jika dibiarkan.

Penyakit arteri perifer (PAD) adalah hasil umum dari kolesterol tinggi yang tidak terkelola. Masalah peredaran darah ini terjadi sebagai dampak dari penyempitan arteri yang mengurangi aliran darah ke kaki.

Saat sirkulasi darah kian terganggu, perubahan pada kuku akan semakin kentara. Pada penyakit arteri perifer, anggota badan tidak menerima cukup darah untuk memenuhi kebutuhan.

Kaki sangat rentan terhadap kondisi ini karena membutuhkan volume oksigen yang lebih tinggi karena aktivitas fisik. Beberapa tanda pertama kuku tidak mendapatkan cukup oksigen ialah terjadinya perubahan warna atau suhunya.

Kondisi yang sama juga dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut pada kuku kaki. Deformitas kuku kaki, seperti kuku yang menebal akibat jamur dan kuku yang tumbuh ke dalam juga cenderung jamak pada individu dengan penyakit arteri perifer.

Baca Juga



"Deformitas kaki sederhana, hammertoe (jari kaki menekuk secara tidak normal pada sendi tengah), bunion (benjolan tulang di sendi pangkal jempol kaki), penonjolan tulang, atau kondisi dermatologis, seperti kuku jamur yang tumbuh ke dalam atau menebal, sering menjadi masalah yang lebih serius ketika orang mengalami penyakit arteri perifer," jelas platform kesehatan Foot Health Facts, seperti dilansir laman Express, Rabu (18/5/2022).

Tungkai dan kaki seseorang dengan penyakit arteri perifer tidak memiliki aliran darah normal. Mengingat darah diperlukan untuk penyembuhan, masalah yang tampaknya kecil, seperti lecet, juga dapat mengakibatkan komplikasi serius.

Risiko amputasi
Aliran darah yang terhambat dapat menempatkan individu dalam bahaya infeksi dan amputasi jika kasusnya parah. Oleh karena itu, para peneliti meyakini upaya harus dilakukan untuk menentukan apakah pasien menderita penyakit arteri perifer sebelum menjalani operasi untuk komplikasi yang disebutkan di atas.

Pertumbuhan kuku yang menurun adalah tanda umum lain dari penyakit arteri perifer, yang cenderung berkorelasi dengan penurunan denyut nadi di kaki. Kadang-kadang, pasien melihat perubahan warna kulit di kaki yang juga diakibatkan oleh keterbatasan aliran darah.

"Pada fase awal, kondisi ini cenderung tidak berbahaya, kecuali jika penderita memiliki kondisi penyerta lain yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan," menurut Foot Health Facts.

Badan tersebut menyatakan, mengidap diabetes dan penyakit arteri perifer semakin meningkatkan potensi komplikasi kaki. Orang yang hidup dengan diabetes sering mengalami neuropati (kerusakan saraf yang dapat menyebabkan mati rasa di kaki), sehingga mereka tidak merasakan sakit ketika masalah kaki terjadi.

Penyakit arteri perifer dan diabetes adalah penyebab umum dari amputasi kaki atau kaki di Amerika Serikat. Namun, jika terdeteksi sejak dini, sebagian besar kasus penyakit arteri perifer dapat dikoreksi atau setidaknya diperbaiki.

Foot Health Facts menjelaskan, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki kemudian dapat memperbaiki kelainan bentuk kaki yang terjadi untuk mencegah masalah di masa depan jika sirkulasi menjadi lebih serius lagi. Penyakit arteri perifer mewakili beban besar pada perawatan kesehatan Inggris.

Penyakit arteri perifer memengaruhi sekitar satu dari lima orang di atas usia 60 tahun. Faktor risiko untuk kondisi ini sama dengan penyakit jantung dan strok yang meliputi merokok, diabetes, obesitas, dan tekanan darah tinggi.

Kontributor utama kondisi ini adalah kolesterol tinggi yang dapat dihindari dengan tindakan gaya hidup preventif. Kolesterol ditemukan terutama dalam makanan yang berasal dari hewan, seperti hati dan jeroan lainnya, kuning telur, udang, dan produk susu whole milk. Kabar baiknya, meningkatkan asupan serat larut dapat melawan efek dari makanan di atas dengan menyeret molekul lemak keluar dari tubuh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler