Betulkah Kopi Espresso Bisa Tingkatkan Kolesterol dan Risiko Serangan Jantung?

Kopi espresso disebut berpotensi meningkatkan kadar kolesterol darah.

Flickr
Kopi espresso (Ilustrasi). Minum tiga hingga lima cangkir espresso per hari tampak tingkatkan kadar kolesterol darah.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menemukan bahwa konsumsi kopi yang berlebih bisa meningkatkan kadar kolesterol darah yang merupakan faktor risiko dari serangan jantung dan strok. Temuan ini cukup berbeda dengan beragam studi sebelumnya yang kerap menyoroti manfaat konsumsi kopi bagi kesehatan jantung. Mana yang benar?

Studi terbaru ini dilakukan oleh tim peneliti dari Norwegia dengan melibatkan lebih dari 21 ribu orang partisipan berusia di atas 40 tahun yang menetap di kota Tromso. Dari studi ini, tim peneliti menemukan bahwa konsumsi espresso memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan kadar kolesterol darah.

Peningkatan kadar kolesterol darah ini mulai terlihat ketika seseorang memiliki kebiasaan minum tiga hingga lima cangkir espresso per hari. Studi yang dimuat dalam jurnal Open Heart ini juga mengungkapkan bahwa efek tersebut tampak lebih kuat pada pria dibandingkan wanita.

Akan tetapi, hanya perempuan yang tampak mengalami peningkatan kadar kolesterol bila memiliki kebiasaan minum kopi filter sebanyak enam gelas atau lebih per hari. Efek serupa tidak ditemukan pada pria yang memiliki kebiasaan sama.

Baca Juga


Kopi filter merupakan sajian kopi yang dibuat dengan teknik pour over atau drip. Tim peneliti tidak menemukan adanya risiko yang berkaitan dengan konsumsi kopi instan.

"Kopi merupakan simultan sentral yang paling sering dikonsumsi di dunia. Karena tingginya konsumsi kopi, efek kesehatan yang kecil sekalipun bisa memiliki konsekuensi kesehatan yang cukup besar," jelas tim peneliti, seperti dilansir The Sun, Kamis (12/5/2022).

Beberapa ahli yang tak terlibat dalam studi ini menilai risiko masalah kesehatan jantung yang muncul mungkin bukan berkaitan dengan kopi yang dikonsumsi, melainkan bahan tambahan yang digunakan untuk minum kopi seperti gula dan susu. Para ahli juga menilai sulit untuk benar-benar mengetahui apakah potensi bahaya benar-benar berasal dari kopi atau kebiasaan hidup lain dari para peminum kopi.

"Penting untuk diketahui bahwa jenis studi seperti ini hanya bisa menunjukkan hubungan dan tidak bisa membuktikan hubungan sebab-akibat," jelas perawat jantung senior British Heart Foundation June Davison.

Davison mengatakan, tim peneliti dalam studi tersebut tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti penambahan gula atau susu dalam kopi yang dikonsumsi para partisipan. Padahal, meminum kopi dengan tambahan gula dan susu dapat memberikan efek kesehatan yang berbeda dengan meminum kopi hitam tanpa tambahan apa pun.

"Temuan dalam studi ini tidak sepatutnya memunculkan kekhawatiran bila Anda gemar meminum secangkir kopi. Bagi kebanyakan orang, (konsumsi) kopi dalam jumlah yang sedang tidak masalah," jelas Davison.

Bagi penggemar kopi, Davison hanya mengimbau agar mereka berhati-hati dalam menambahkan bahan-bahan lain dalam sajian kopi mereka. Bahan-bahan seperti gula, sirup berperisa, hingga whipped cream bisa meningkatkan asupan gula dan lemak jenuh.

"Bila Anda sensitif terhadap kafein atau Anda mengalami palpitasi jantung (berdebar), akan sangat baik bila Anda mengurangi jumlah (kopi) yang diminum," kata Davison.

Hal senada juga diungkapkan oleh profesor emeritus di bidang nutrisi dan diet King's College London, Prof Tom Sanders. Menurut Prof Sanders, jenis kopi yang diminum sebenarnya tidak begitu berpengaruh bila hanya dikonsumsi sebanyak satu-dua cangkir per hari.

"Tapi (jenis kopi) menjadi penting bila Anda minum lebih banyak," jelas Prof Sanders.

Beberapa studi terdahulu cukup banyak menyoroti soal manfaat kopi bagi kesehatan kardiovaskular. Studi pada 2021 misalnya, menunjukkan bahwa konsumsi 0,5-3 cangkir kopi per hari berkaitan dengan penurunan risiko strok sebesar 21 persen dan penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 17 persen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler