Studi: Pengguna Paruh Baya TikTok Lawan Diskriminasi Usia

sebagian besar pengguna tua TikTok merupakan wanita yang menolak stereotip umur.

www.freepik.com
Aplikasi TikTok. Studi terbaru menemukan adanya peningkatan akun milik pengguna yang berusia 60 tahun atau lebih dengan jutaan pengikut.
Rep: Meiliza Laveda Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Studi terbaru menemukan adanya peningkatan akun milik pengguna yang berusia 60 tahun atau lebih dengan jutaan pengikut. Melalui TikTok, mereka menunjukkan energi dan semangat mereka. Temuan ini menentang stereotip bahwa mereka yang sudah lanjut usia dianggap sebagai teknofobia dan lemah.

Baca Juga


Penulis studi Not Too Old for TikTok: How Older Adults are Reframing Ageing, Dr Reuben Ng, mengatakan, pengguna paruh baya TikTok telah menjadi kreator yang sukses. “Mereka telah menjadi pembuat konten yang sukses dalam fenomena kontra budaya. Mereka malah merayakan status usianya,” kata Ng.

Menariknya, sebagian besar pengguna tua TikTok merupakan wanita yang sangat menolak stereotip umum. Misal, tentang wanita tua yang dicap sebagai wanita pasif, lemah, dan bermulut kotor. Ketenaran dan jangkauan besar para kreator tua ini berpeluang mengubah stereotip tersebut yang berkembang di media sosial.

Ng menjelaskan ada banyak bukti stereotip dan diskriminasi usia di kalangan anak muda di media sosial dan meningkat selama pandemi Covid-19. “Maraknya diskriminasi usia atau ageisme membuat partisipasi pengguna paruh baya di media sosial sangat penting,” ujar Ng yang studinya akan diterbitkan dalam jurnal Gerontologist.

Dalam penelitiannya, Ng melihat 1.382 video yang diunggah oleh kreator TikTok berusia 60 tahun ke atas dan memiliki antara 100 ribu hingga 5,3 juta pengikut. Video mereka secara eksplisit membahas soal usia mereka yang dilihat lebih dari 3,5 juta kali.

Ng menemukan 71 persen dari video ini, termasuk yang berasal dari akun seperti grandadjoe1933 yang memiliki 5,3 juta pengikut, digunakan untuk menentang diskriminasi usia. Hampir satu dari lima video yang dianalisis menyoroti kerentanan terkait usia dan satu dari 10 menyebut ageisme di antara anak muda dan orang sezaman mereka.

Pew Research Center menemukan penyerapan teknologi oleh warga Amerika Serikat (AS) yang tua selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2000, 14 persen orang berusia 65 ke atas adalah pengguna internet. Lalu pada tahun 2019, jumlahnya naik menjadi 73 persen.

Dilansir The Guardian, Rabu (18/5/2022), Direktur Komunikasi di Center for Aging Better, Emma Twyning, mengatakan, perlu melihat gambaran yang jauh lebih beragam jika ingin benar-benar mengubah sikap dan membuang persepsi negatif tentang bertambahnya usia. “Media sosial adalah platform yang sempurna untuk melawan ageisme secara lebih umum,” kata Twyning.

Di antara pengguna tua TikTok adalah @grandadjoe1933. Kakek yang berusia 88 tahun ini berasal dari Staffordshire, Inggris. Dia terkenal dengan gaya granfluencer terkaya TikTok. Dalam setahun, dia bisa menghasilkan sekitar 134 ribu poundsterling atau sekitar Rp 2 miliar. Pria yang akrap disapa Grandad Joe memiliki 5,4 juta pengikut dan 156,7 juta suka.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler