Jongkok Vs Duduk, Posisi BAB Seperti Apa yang Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Usus?

Kenali posisi BAB terbaik untuk mengosongkan perut dan cegah kanker usus.

Reiny Dwinanda/Republika
Toilet. Buang air besar dalam posisi duduk lebih mungkin menyebabkan sembelit dibandingkan BAB sambi jongkok.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker memiliki faktor risiko yang sangat beragam, di mana sebagian besarnya berkaitan dengan pola makan yang buruk, kebiasaan merokok, dan obesitas. Siapa sangka, posisi buang air besar (BAB) yang kurang baik juga bisa menjadi faktor risiko kanker, dalam hal ini kanker usus.

Dr Deborah Lee mengungkapkan bahwa banyak studi epidemiologi yang menemukan bahwa sembelit kronis merupkan faktor risiko dari kanker usus. Selain itu, sekitar 63 persen dari kanker usus terkonsentrasi di negara-negara Barat.

"Salah satu teorinya adalah orang-orang Barat mengosongkan usus mereka (buang air besar) sambil duduk, sedangkan di negara-negara berkembang (BAB) lebih umum dilakukan dalam posisi jongkok," ungkap dr Lee, seperti dilansir Express, Selasa (24/5/2022).

Dr Lee mengatakan, BAB dalam posisi duduk lebih mungkin menyebabkan sembelit dibandingkan BAB sambi jongkok. Menurutnya, jongkok merupakan posisi yang alami untuk BAB.

"Posisi ini sesuai untuk (BAB) karena berbagai alasan," jelas Dr Lee.

Salah satunya, posisi jongkok memungkinkan gravitasi untuk mempermudah proses keluarnya kotoran. Oleh karenanya, orang-orang yang BAB dalam posisi jongkok tidak perlu mengejan terlalu keras bila dibandingkan orang-orang yang BAB dengan posisi duduk.

Selain itu, posisi jongkok akan mempermudah katup ileocaecal untuk menutup sevara alami. Sebaliknya, posisi duduk cukup menyulitkan katup ileocaecal untuk menutup dengan baik, sehingga sulit untuk mencapai tekanan internal usus yang dibutuhkan untuk mendorong kotoran keluar. Katup ileocaecal merupakan katup yang terletak di antara usus kecil dan usus besar.

Di samping itu, dr Lee mengatakan otot puborektalis juga bisa berada dalam posisi rileks bila BAB dilakukan dalam posisi jongkok. Dalam posisi duduk, otot puborektalis akan berada dalam kondisi menegang. Kondisi otot puborektalis yang tidak rileks juga membuat orang-orang harus mengejan lebih kuat saat BAB dalam posisi duduk.

Untuk menurunkan risiko kanker usus, dr Lee mengatakan salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mencegah terjadinya sembelit. Selain dengan memperbaiki posisi BAB, sembelit dapat dicegah lewat asupan makanan yang bergizi dan tinggi serat. Penting juga untuk membatasi atau menghindari makanan tinggi lemak dan makanan olahan.

"Buang air besar secara rutin, tanpa mengejan, itu penting untuk meminimalkan risiko kanker tersebut," kata dr Lee.

Baca Juga


Dr Lee menjelaskan, ada beberapa makanan yang juga baik untuk kesehatan usus. Salah satu di antaranya adalah buah kiwi.

"Kiwi memiliki sifat istimewa yang dapay mendorong terjadinya BAB rutin," jelas dr Lee.

Bentuk tinja bisa mencerminkan status kesehatan seseorang. - (Republika)


Olahraga secara rutin juga sangat membantu dalam menstimulasi waktu transit kotoran di dalam usus. Studi bahkan menemukan bahwa kasus kanker usus lebih sedikit ditemukan pada orang yang gemar berlari dibandingkan non pelari.

Bila kanker usus sudah terjadi, ada beberapa gejala yang mungkin muncul dan perlu diwaspadai. Salah satu di antaranya adalah perubahan pola BAB. Ini merupakan salah satu gejala pertama yang kerap disadari oleh pasien.

Perubahan pola BAB ini cenderung terjadi secara terus-menerus. Beberapa perubahan yang bisa terjadi adalah frekuensi BAB meningkat, konsistensi feses tampak lebih lembek atau lebih berair, dan terkadang muncul rasa sakit di perut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler