Keistimewaan Hati yang Bersih dan 3 Penyakit Qalbu yang Menyesatkan Muslim

3 penyakit qalbu kerap merusak kesucian hati umat manusia

ANTARA/Rahmad
Ilustrasi mensucikan hati dari 3 penyakit qalbu kerap merusak kesucian hati umat manusia
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Memiliki hati yang bersih merupakan kunci bagi seorang hamba meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Sebab akan datang satu masa di mana harta, anak tidak berguna. 

Baca Juga


Yaitu tidak mampu memberikan pertolongan kepada seorang hamba. kecuali orang tersebut menghadap kepada Allah SWT dengan qolbun salim. Keterangan ini dapat ditemukan dalam Alquran surat Asy Syuara ayat 88-89. 

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”   

Menurut Habib Umar Ibrahim Assegaf yang dimaksud qolbun salim atau hati yang selamat pada pengujung ayat itu yakni salamatus sudur atau selamatnya badan  seorang hamba dari penyakit-penyakit hari yang pokok. 

Pertama yakni Al kibru atau kesombongan. Menurut Habib Umar, kesombongan merupakan penyakit hati yang pokok yang bisa menghapus nilai pahala segala bentuk amal soleh yang dilakukan seorang hamba.

Habib Umar menjelaskan orang yang sombong sejatinya dalam hatinya telah merasa menjadi Tuhan. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW: 

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ “Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabur dan merendahkan orang lain.” (HR Muslim 275). 

Menurut Habib Umar, kesombongan merupakan pokok penyakit hati yang tak nampak, namun akibat bahayanya kesombongan memunculkan penyakit hati lainnya yakni takabur sehingga merendahkan orang lain dan merasa diri paling besar. 

"Kesombongan itu tidak kelihatan ada dalam diri kita tapi kalau sudah kelihatan itu takabur. Orang yang sombong dia merasa mutakabir, besar. Tuhan tak akan memberikan pahala pada orang yang sombong," kata Habib Umar saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya beberapa hari lalu.

Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat

 

Pokok penyakit hati yang kedua yakni riya. Habib Umar menjelaskan riya yakni seorang hamba yang berbuat amal soleh tetapi berharap mendapatkan pujian dari orang lain.

Penyakit ini sangat dahsyat dampaknya dalam merusak iman dan kehidupan seorang hamba. Sebab penyakit riya berujung pada tujuan untuk memperoleh apresiasi dari makhluk dan mengesampingkan Allah SWT sebagai tujuan dari tiap amal soleh yang dilakukan. Alhasil, riya tergolong syirik kecil sebab menjadikan selain Allah SWT tujuan. 

Menurut Habib Umar, orang yang riya dalam hidupnya akan senantiasa kelelahan karena terus mencari dunia agar dirinya bisa diagungkan oleh orang lain. Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan bahwa 

 أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الرِّياءُ؛ يقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً

Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.  Para sahabat bertanya, apa itu syirik ashgor wahai Rasulullah? Beliau bersabda, syirik ashgor adalah riya. Allah berkata pada mereka yang berbuat riya pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka. “Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?” (HR Ahmad).

Pokok penyakit hati yang ketiga yakni al hasad. Menurut Habib Umar hasad yakni penyakit yang bila ada pada seorang hamba maka hamba tersebut tak menyukai kebaikan yang diperoleh orang lain, sehingga dari sifat hasad menimbulkan penyakit lainnya termasuk salah satunya yakni ghibah bahkan fitnah. 

Orang yang hasad, menurut Habib Umar, akan dimulai dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain yang tidak disukainya karena memperoleh kebaikan atau kebahagiaan maupun penghargaan yang tidak diperoleh dirinya. 

Dia akan merasa hanya dirinya lebih pantas memperoleh segala bentuk kebaikan dibanding dengan saudaranya itu. Pada akhirnya, orang yang hasad akan melakukn gibah hingga fitnah untuk menjatuhkan saudaranya. 

"Yang lebih jahat lagi dari yang ditimbulkan hasad kalau dia kemudian memprotes takdir Allah  SWT yang memberikan kebaikan kepada orang lain. Ya Allah aku ini lebih hebat, kenapa dia yang dia yang diberikan lebih," kata Habib Umar.

Akibat penyakit hati ini, menurut Habib Umar, segala pahala amal saleh bisa terhapus. Sebagaimana dalam keterangan sebuah hadits. 

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)." ( HR Abu Dawud).

Baca juga: Amalan Sunnah yang akan Didoakan Puluhan Ribu Malaikat 

Karenanya Habib Umar pun mengajak jamaah untuk berhati-hati terhadap hasad. Sebab menurutnya hasad ibarat virus yang mematikan dan dapat menyerang siapa saja termasuk orang berilmu.

 

Sebab itu, untuk menangkal hasad seorang hamba harus pandai bersyukur dan senang ketika melihat adanya kebaikan yang dilakukan atau didapat oleh orang lain. "Kalau kita berniat berbuat baik lalu didahului orang lain, ya sudah alhamdulillah. dengan niatnya pun kita sudah memperoleh pahala," katanya. 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler