Minum Obat Pereda Nyeri Berkepanjangan Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ginjal 3x Lipat
Para ahli mengingatkan untuk meminimalkan penggunaan obat pereda nyeri.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Painkiller atau obat penghilang sakit dan pereda nyeri telah semakin umum digunakan saat ini. Sejalan dengan itu, para ahli mengingatkan risiko kanker ginjal dan menyarankan untuk setidaknya meminimalkan penggunaan pil tersebut.
Dalam jangka panjang, konsumsi obat penghilang rasa sakit tertentu dapat meningkatkan risiko kanker ginjal tiga kali lipat. Pereda nyeri telah merevolusi perawatan kesehatan, sehingga semakin memudahkan jutaan masyarakat di seluruh dunia.
Tetapi, sejumlah penelitian telah memperingatkan efek dari minum pil ini secara jangka panjang. Konsumsi obat penghilang rasa sakit tertentu selama lebih dari 10 tahun bisa meningkatkan risiko kanker ginjal tiga kali lipat, menurut salah satu penelitian.
Temuan yang dilaporkan dalam Archives of Internal Medicine pada 2018, menunjukkan bahwa obat antiradang non steroid (NSAID) selain aspirin dapat meningkatkan risiko kanker ginjal hingga 51 persen. Obat-obatan di kategori ini termasuk ibuprofen, naproxen, dan celebrex.
Pil yang dirancang untuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi peradangan sebenarnya telah dikaitkan dengan penurunan risiko banyak kanker. Menurut hasil studi, risiko kanker ginjal tampaknya meningkat sejalan dengan lamanya pengobatan.
Menurut penelitian, pengobatan dengan pil yang berlangsung lebih dari 10 tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko relatif hampir tiga kali lipat. Namun, tidak semua NSAID dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
Aspirin dan asetaminofen, misalnya, tampaknya tidak berpengaruh pada risiko kanker ginjal. Para peneliti mengatakan, temuan ini menyoroti perlunya lebih waspada saat mengonsumsi obat penghilang rasa sakit tertentu secara berkala.
Peneliti sampai pada temuan tersebut dari melakukan penelitian terhadap lebih dari 77 ribu perempuan dan hampir 50 ribu laki-laki yang telah menggunakan obat-obatan berbeda. Masing-masing dari mereka dilacak selama jangka waktu 16 tahun dan 20 tahun.
Hasilnya mengungkapkan bahwa NSAID non-aspirin yang digunakan setidaknya dua kali sepekan dapat meningkatkan risiko kanker ginjal sebesar 19 persen pada perempuan dan enam persen pada laki-laki. WebMD mencatat risiko untuk pria dan wanita yang secara teratur menggunakan NSAID meningkat sebesar 51 persen selama tahun-tahun yang dianalisis.
Kerusakan ginjal biasanya terjadi dengan obat yang diminum dalam dosis tinggi. Sebab, ini merusak jaringan dan struktur organ.
Menurut Johns Hopkins School of Medicine, paparan jangka panjang obat penghilang rasa sakit tertentu diyakini merusak pembuluh penyaringan kecil di dalam ginjal. National Kidney Foundation mengatakan, obat-obatan ini juga dapat mengurangi aliran darah ke ginjal.
"Orang yang sudah lebih tua, ginjalnya mungkin memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap obat-obatan ini sehingga mereka mungkin memerlukan dosis yang lebih kecil," tulis laporan, seperti dilansir dari Express.co.uk, Senin (30/5/2022).
Gejala kanker ginjal
Walaupun gejala kanker ginjal dapat muncul dengan cepat, sejumlah besar kasus ditandai dengan perkembangan gejala yang lambat. Layanan Kesahatan Nasional Inggris (NHS) menyatakan tanda-tanda peringatan sebanding dengan kondisi yang kurang serius, seperti infeksi saluran kemih dan batu ginjal.
Darah dalam urine dapat menyebabkannya berwarna kemerahan atau tampak lebih gelap dari biasanya. Beberapa pasien juga mengalami "nyeri terus-menerus" di punggung bawah atau samping, "tepat di bawah tulang rusuk," menurut The Body. Akhirnya, benjolan atau pembengkakan di samping bisa menjadi tanda lain dari penyakit ini.