BRIN: Deforestasi-Degradasi Hutan Tingkatkan Risiko Kepunahan Tanaman
Tumbuhan di alam terancam deforestasi dan degradasi hutan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ni Kadek Erosi Undaharta mengingatkan bahaya deforestasi dan degradasi hutan. Penyusutan areal hutan yang tinggi disebut dapat meningkatkan ancaman kepunahan bagi tumbuhan di alam Indonesia.
"Deforestasi dan degradasi hutan yang tinggi menyebabkan keberadaan tumbuhan di alam semakin terancam," kata Kadek saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Kadek menuturkan pemanfaatan tumbuhan berlebihan oleh masyarakat tanpa ada upaya konservasi dan perbanyakan akan menurunkan jumlah spesies di alam. Sebagai contoh, keruing (Dipterocarpus hasseltii) merupakan tumbuhan penghasil kayu bernilai ekonomi sangat terancam keberadaannya di alam.
Di samping itu, penilaian jenis terancam di alam masih berlanjut sehingga jumlah tumbuhan terancam punah juga akan bertambah, dan masuk ke Daftar Merah (Red List) yang dikeluarkan oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Sebanyak 959 tumbuhan terancam kepunahan ada di Indonesia, seperti pelahlar (Dipterocarpus littoralis), keruing (Dipterocarpus hasseltii), meranti putih (Shorea lamellata), kokoleceran (Vatica bantamensis), dan resak brebes (Vatica javanica ssp javanica).
IUCN merupakan organisasi internasional yang bergerak di bidang konservasi alam dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Kadek menuturkan, saat ini banyak tumbuhan lokal di Tanah Air yang keberadaannya semakin terancam di alam karena konversi habitat yang tidak terkendali, seperti Dipterocarpus hasseltii.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan dan konservasi tumbuhan untuk mencegah tumbuhan dari kepunahan. Selain Dipterocarpus hasseltii, jenis anggrek, palem dan bambu perlu ditingkatkan pelestariannya.