Archie Anak Pangeran Harry-Meghan Markle Jadi Target Serangan Supremasi Kulit Putih

Podcaster supremasi kulit putih juga dukung serangan terhadap masjid Christchurch.

EPA
Pangeran Archie diapit ayah dan ibunya, Pangeran Harry dan Meghan Markle. Menjadi anak ras campuran, Archie menjadi target serangan supremasi kulit putih.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang penyiar podcast bernama Christopher Gibbons mengeluarkan pernyataan yang tak pantas mengenai anak lelaki Pangeran Harry dan Meghan Markle, Archie. Gibbons dan rekan penyiarnya, Tyrone Patten-Walsh, yang mendukung supremasi kulit putih juga sempat mengutarakan kebencian terhadap Muslim.

Beragam ujaran kebencian yang dilayangkan Gibbons dan Patten-Walsh ini diungkapkan dalam persidangan yang kini masih berlangsung. Keduanya saat ini sedang menjalani persidangan di Kingston Crown Court, Inggris, karena mempromosikan tindakan terorisme ekstrim sayap kanan melalui siaran podcast selama periode 3 Maret 2019 hingga 9 Februari 2020.

Terkait ujaran kebencian terhadap Archie, Gibbons sempat menyebut Archie sebagai sebuah kekejian yang perlu dimusnahkan. Ujaran kebencian tersebut dilayangkan karena Archie memiliki latar belakang ras campuran.

Selain itu, Gibbons juga menyebut Pangeran Harry perlu dituntut dan dihukum mati karena berkhianat. Ujaran kebencian ini disematkan kepada Pangeran Harry karena menikahi Markle yang berlatar belakang ras campuran. Baik Gibbons maupun Patten-Walsh sejak awal dikenal sebagai pembenci hubungan asmara ras campuran.

Baca Juga


Tak berhenti di situ, Gibbons dan Patten-Walsh juga disinyalir memberikan dukungan atas dua kasus pembunuhan yang menewaskan Jo Cox. Cox merupakan perempuan berkulit putih yang bekerja sebagai anggota parlemen dari Partai Labour, dan dikenal aktif membela hak imigran. Para ekstrimis menyebut Cox sebagai pengkhianat kulit putih.

Gibbons dan Patten-Walsh juga disinyalir membela tindakan Brenton Tarrant yang melakukan serangan penembakan di beberapa masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 2019. Serangan ini menewaskan 51 ummat Muslim yang sedang melakukan shalat Jumat.

Patten-Walsh juga sempat menyebut pelaku serangan bom bunuh diri di Manchester Arena pada 2017 sebagai "orang neg** dari gurun". Selain itu, Patten-Walsh diduga membuat pernyataan anti-Semit dan menuduh semua lelaki berkulit hitam dan lelaki Asia sebagai pemerkosa.

Sejauh ini, baik Gibbons maupun Patten-Walsh menyanggah semua tuduhan yang dilayangkan kepada mereka. Persidangan untuk keduanya masih terus akan berlanjut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler