Warga AS yang Menderita Cacar Monyet Kabur dari RS Meksiko

Warga AS yang menderita cacar monyet melarikan diri dari RS di Puerto Vallarta

Pixabay
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang warga Amerika Serikat (AS) yang menderita cacar monyet melarikan diri dari rumah sakit di Puerto Vallarta, di pantai Pasifik Meksiko akhir pekan lalu. Dinas Kesehatan di Puerto Vallarta mengatakan, pria berusia 48 tahun yang berasal dari Texas itu melarikan diri, meskipun telah diberitahu oleh staf medis bahwa ia harus diuji untuk cacar monyet dan harus diisolasi.

"Ketika dia tiba di rumah sakit, pasien memiliki gejala batuk, kedinginan, nyeri otot dan lesi kulit seperti pustula di wajah, leher, dan tubuhnya," kata dinas kesehatab tersebut, dilansir Alarabiya, Kamis (9/6/2022).

Setelah melarikan diri dari fasilitas medis, pria itu kemudian pergi ke hotel tempat dia menginap bersama rekannya. Pria tersebut mengejar penerbangan dari Puerto Vallarta pada 4 Juni, sebelum pihak berwenang menemukannya.

Pada Senin (6/6/2022), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengkonfirmasi kepada pihak berwenang Meksiko bahwa, pasien yang kabur itu telah kembali ke Amerika Serikat. Pria tersebut dikonfirmasi menderita cacar monyet.

Sebelum tiba di Puerto Vallarta pada 27 Mei, pria tersebut berada di Berlin, Jerman antara 12 Mei dan 16 Mei. Dia  kemudian berada di Dallas, Texas. Selama tinggal di Meksiko, dia menghadiri pesta di Mantamar Beach Club, di kota resor Jalisco. Pejabat kesehatan mendesak siapa pun yang menghadiri pesta di Mantamar Beach Club antara 27 Mei dan 4 Juni untuk memantau kesehatan mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, ada risiko “nyata” bahwa cacar monyet menjadi berkembang di negara-negara non-endemik. Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus, mengatakan, saat ini WHO menerima laporan lebih dari 1.000 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dari 29 negara non endemik.

Tedros mengatakan, tidak ada kematian yang dilaporkan dalam wabah tersebut. Dia menambahkan, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi massal terhadap cacar monyet. Tedros mengatakan, penyebaran penyakit ke beberapa negara non-endemik menunjukkan kemungkinan ada penularan yang tidak terdeteksi untuk beberapa waktu.

"Risiko cacar monyet berkembang di negara-negara non-endemik adalah nyata,” ujar Tedros, dilansir Anadolu Agency.

Tedros mengatakan, virus cacar telah beredar di Afrika selama beberapa dekade. Tahun ini Afrika mencatat dengan lebih dari 1.400 kasus yang dicurigai dan 66 kematian terkait cacar monyet.

“Ini adalah cerminan yang disayangkan bahwa, komunitas internasional baru sekarang memperhatikan cacar monyet karena telah muncul di negara-negara berpenghasilan tinggi,” ujar Tedros.




Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan peringatan perjalanan ke Level 2 karena penyebaran virus cacar monyet. Penyebaran virus tersebut memerlukan "peningkatan kewaspadaan".

CDC mengatakan, kasus cacar monyet telah dilaporkan di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Asia dan Australia. Oleh karena itu, wisatawan harus menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, termasuk mereka yang memiliki lesi kulit atau lesi genital.

"Risiko terhadap masyarakat umum rendah, tetapi Anda harus segera mencari perawatan medis jika Anda mengalami ruam kulit baru yang tidak dapat dijelaskan (lesi pada bagian tubuh mana pun), dengan atau tanpa demam dan kedinginan, dan hindari kontak dengan orang lain," ujar pernyataan CDC.

CDC memiliki tiga level peringatan untuk penyakit epidemi Peringatan Level 3 untuj Hindari Perjalanan yang Tidak Penting, Peringatan Level 2 untuk Praktik Kewaspadaan yang Ditingkatkan dan Tontonan. Sedangkan Peringatan Level 1 yaitu Lakukan Tindakan Pencegahan Biasa.

Cacar monyet biasanya dimulai dengan gejala seperti flu, dan pembengkakan di kelenjar getah bening sebelum ruam mulai terbentuk di wajah dan tubuh.  Gejala dapat muncul hingga 21 hari setelah terpapar.

Ratusan kasus cacar monyet telah terdeteksi di seluruh duni. Kasus ini pertama kali terdeteksi di Eropa dan AS bulan lalu. Virus cacar menjadi endemik di Afrika bagian barat dan tengah. Amerika Serikat saat ini memiliki dua vaksin untuk melawan virus cacar. CDC telah mulai mendistribusikan vaksin tersebut ke negara bagian.





BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler