Subvarian Baru Diperkirakan tak akan Timbulkan Ledakan Kasus
Dari delapan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 belum ada yang sebabkan kematian.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Zainur Mahsir Ramadhan, Febryan A, Antara
Kenaikan kasus Covid-19 tercatat konsisten di atas 500 kasus selama sepekan terakhir. Hari ini kenaikan kasus secara nasional bertambah 591 orang, menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 6,051 juta kasus.
Kenaikan kasus Covid-19 memang telah terjadi selama setidaknya tiga pekan terakhir. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kenaikan kasus Covid-19 yang tengah terjadi saat ini disebabkan oleh varian baru yakni BA.4 dan BA.5. Berdasarkan pengamatan Kemenkes di Afrika Selatan di mana varian ini pertama kali teridentifikasi, puncak dari penularan varian BA.4 dan BA.5 ini diprediksi sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron.
Sedangkan kasus hospitalisasinya sekitar sepertiga dari kasus hospitalisasi Delta dan Omicron. Untuk kasus kematiannya diprediksi sekitar sepersepuluh dari kasus kematian dua varian sebelumnya.
"Jadi walaupun memang BA.4 dan BA.5 ini menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara di dunia, tetapi puncak dari kenaikan kasusnya maupun hospitalisasinya maupun kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan Omicron yang awal," kata Budi, Senin (13/6/2022).
Saat ini, pemerintah telah mendeteksi adanya delapan kasus varian BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Tiga di antaranya merupakan kasus dari luar negeri atau imported cases dan lima lainnya merupakan kasus transmisi lokal, di mana empat kasus ditemukan di Jakarta dan satu kasus di Bali.
Budi menyampaikan, dari delapan orang yang tertular BA.4 dan BA.5, hanya satu orang yang bergejala sedang dan belum booster. Sedangkan, tujuh lainnya sudah booster dan tanpa gejala atau gejala ringan.
Berdasarkan hasil pengamatan Kemenkes juga menunjukan bahwa kasus konfirmasi juga terjadi di Jawa Barat, Banten, dan juga Bali. Pemerintah pun akan terus memantau perkembangan varian BA.4 dan BA.5 ini.
Kendati demikian, kondisi kasus di Indonesia saat ini relatif masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara lainnya, seperti Australia, Singapura, India, Thailand, dan juga Malaysia. Berdasarkan standar indikator transmisi dari WHO, kondisi Indonesia pun saat ini masih baik.
Dari standar indikator transmisi WHO, kasus konfirmasi level 1 yakni maksimal sebanyak 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk. Kondisi Indonesia saat ini masih berada di level 1 meskipun terjadi kenaikan kasus. Kemudian dari indikator positivity rate, Indonesia juga masih berada di angka 1,36 persen dan indikator reproduksi efektif yang juga masih di angka 1.
"Sehingga dari tiga indikator transmisi, kondisi di Indonesia masih baik," ujarnya.
Meski tergolong ringan Budi memperkirakan puncak kasus dari subvarian BA.4 dan BA.5 akan terjadi antara pekan kedua dan ketiga Juli 2022. Berdasarkan pengamatan gelombang BA.4 dan BA.5 akan mencapai puncaknya satu bulan setelah penemuan kasus pertama.
“Jadi harusnya di minggu kedua Juli minggu ketiga Juli, kita akan lihat puncak kasus dari BA.4 BA.5 ini,” ujar dia.
Sebelumnya menggelar konferensi pers, Budi mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo. Dalam ratas ini, Presiden menginstruksikan agar kenaikan kasus yang terjadi tetap diwaspadai. Karena itu, pemerintah mendorong masyarakat agar segera melakukan vaksinasi lengkap dan juga booster, serta tetap disiplin protokol kesehatan.
“Jadi arahan beliau yang pertama, vaksinasi booster ditingkatkan terus,” ujar Menkes Budi. Ia yakin, jika masyarakat siap menghadapi varian baru dengan terus meningkatkan cakupan vaksinasi booster, maka puncak gelombang BA.4 dan BA.5 pun tidak akan tinggi.
Budi mengatakan bahwa kewaspadaan dan kehati-hatian dalam penanganan Covid-19 terbukti sudah memberikan hasil bahwa penanganan pandemi di Indonesia termasuk relatif baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Selain itu, dia menekankan bahwa kehati-hatian yang selama ini terbukti tidak menurunkan perekonomian karena ekonomi Indonesia sekarang sudah hampir kembali ke normal.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengakui ada penambahan kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 di Jakarta menjadi empat kasus hingga Senin (13/6/2022). Namun demikian, dia meyakinkan jika kondisi di DKI baik-baik saja.
“Tapi Alhamdulillah masih (aman) mudah-mudahan tidak ada angka kematian, sampai hari ini nol kematian,” kata Riza.
Menyoal kasus terbaru subvarian Omicron saat ini, kata dia, sedang dilakukan penelitian bersama antara Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI. Meski demikian, dirinya meminta agar masyarakat bisa berperan aktif membantu Pemprov DKI.
“Sebaiknya bisa tetap menjaga jarak, cuci tangan, kemudian juga yang tidak kalah penting menggunakan masker, dan mendapatkan vaksin ketiga atau booster,” tuturnya. Ditanya jenis varian dan jumlah terkini, dia mengaku belum mengetahuinya secara rinci.
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan, Andani Eka Putra, memperkirakan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tidak akan mengakibatkan ledakan kasus Covid-19 di Tanah Air. Sebab, dua subvarian tersebut memiliki banyak kesamaan dengan subvarian Omicron BA.2.
Andani mengatakan, jika dilihat dari posisi mutasi subvarian Omicron, tampak bahwa BA.4 dan BA.5 mirip dengan BA.2. Adapun BA.2 sebelumnya tak memicu ledakan kasus di Indonesia.
"Hal ini menunjukkan bahwa risiko ledakan kasus itu kecil karena dia mirip BA.2," ujar Andani dalam sebuah diskusi daring, Ahad (12/6/2022).
Sejauh ini, kata dia, varian corona yang berhasil membuat ledakan kasus di Tanah Air adalah Delta dan Omicron asli. Lonjakan akibat Delta terjadi pada periode usai Lebaran 2021, sedangkan Omicron asli menjadi biang kerok kenaikan kasus pada periode pascalibur Nataru 2021.
"Saya tidak yakin apakah BA.4 dan BA.5 akan mampu menimbulkan peningkatan kasus seperti Omicron di awal-awal dulu. Saya kurang terlalu yakin karena polanya mirip BA.2," kata Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand itu.
Selain itu, Andani juga menyatakan bahwa peningkatan kasus dalam beberapa waktu terakhir tak ada kaitannya dengan Omicron BA.4 dan BA.5.
Meski begitu, kata Andani, pernyataannya tersebut barulah hipotesis awal. Untuk memastikannya, dirinya harus melihat hasil tes WGS dua pekan ke depan terlebih dahulu. "Bisa saja saya salah. Hal ini akan dibuktikan lewat data dalam 1-2 pekan ke depan," ujarnya.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan meyakini status pandemi Covid-19 di Indonesia bisa berganti menjadi endemi tiga bulan lagi meski subvarian baru sudah teridentifikasi. Sebab, kini Indonesia sudah tiga bulan memenuhi lima syarat endemi dari Kementerian Kesehatan.
"Kata Kementerian Kesehatan, kalau lima syarat itu terpenuhi selama enam bulan, kita bisa dideklarasikan jadi endemi. (Faktanya) lima syarat itu sudah terpenuhi sejak April, mudah-mudahan Agustus bisa endemi asalkan semua indikator syaratnya bisa kita jaga," kata Erlina, Ahad (12/6/2022).
Adapun lima syarat menuju endemi itu disampaikan Kemenkes sejak Maret lalu. Pertama, tingkat penularan di masyarakat harus kurang dari 1. Kedua, rasio kasus positif Covid-19 atau angka positivity rate harus kurang dari 5 persen. Ketiga, tingkat perawatan rumah sakit harus kurang dari 5 persen.
Keempat angka kematian warga akibat Covid-19 atau fatality rate harus kurang dari 3 persen. Kelima, level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus pada transmisi lokal level tingkat 1.
Erlina mengatakan, Indonesia sudah hampir memasuki status endemi. Karena itu, dia mengajak semua pihak untuk berusaha agar tak ada lagi kenaikan kasus dan berharap tidak ada lagi varian corona yang baru.
"Ayo kita istiqomah mengawal. Jangan di detik-detik akhir malah kita abai, ayo kita tetap prokes, vaksinasi, dan perilaku hidup sehat," ujarnya.