Petani Ukraina Khawatir Perang akan Hancurkan Lahan Pertanian
Tanaman pangan sangat rentan terhadap kebakaran yang disebabkan oleh penembakan.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Para petani di wilayah garis depan Ukraina berjuang keras untuk bertahan hidup di bawah gempuran Rusia. Mereka melihat tembakan Rusia di fasilitas pelabuhan Nika-Tera di kota selatan Mykolaiv pada 4 Juni sebagai contoh paling dramatis dari serangan yang lebih luas terhadap pilar ekonomi Ukraina dan dunia.
"Pertanian adalah salah satu dari sedikit sektor bisnis yang bekerja, Tentu saja mereka ingin menghancurkannya. Mereka ingin mengakhiri aliran pendapatan ke negara ini," kata seorang petani Volodymyr Onyschuk.
Onyschuk mengatakan, tanaman sangat rentan terhadap kebakaran yang disebabkan oleh penembakan. Apabila tanaman pangan hancur, maka dapat menjadi petaka bagi petani ketika musim panen dimulai dalam beberapa minggu mendatang. Mykolaiv tidak bisa menahan gempuran Rusia. Dia berharap bisa bertahan hidup sampai panen berikutnya.
"Mari kita bertahan sampai panen berikutnya," ujar Mykolaiv.
Lima peluru menghantam gudang dan sabuk pengangkut biji-bijian di pabrik Nika-Tera. Hal ini membuat salah satu terminal pertanian terbesar di Ukraina tersebut, tidak dapat memuat atau membongkar kapal.
Ledakan itu memicu kebakaran hebat di toko-toko bunga matahari. Api masih membara ketika pers diundang untuk kunjungan singkat ke Mykolaiv pada Ahad (12/6/2022). "Mereka mencoba merusak ketahanan pangan di seluruh dunia," kata Wakil Kepala Pertama administrasi regional militer Mykolaiv, Georgy Reshetilov.
Fasilitas pertanian di kawasan itu diperkirakan mengalami kerugian senilai 34 miliar hryvnia atau 1,16 miliar dolar AS. Situs yang terkena dampak serangan termasuk produsen besar pulp tomat dan sejumlah besar peternakan.
Penembakan menimbulkan ketakutan di seluruh sektor yang sudah dilumpuhkan oleh blokade Rusia di Laut Hitam, yang menjadi rute utama ekspor pertanian Ukraina yang besar. Beberapa pedagang biji-bijian enggan membeli stok dari petani, karena khawatir mereka akan bertanggung jawab jika fasilitas penyimpanan mereka diserang.
"Tidak ada yang bisa menjamin keamanan panen ini di masa perang," kata Reshetilov.
Pasokan pupuk hampir habis. Tanpa pembeli untuk ekspor biji-bijian, para petani akan kesulitan mendapatkan pemasukan untuk membeli lebih banyak pasokan.
"Bahan bakar sudah naik. Harga pupuk semakin gila. Saya tidak tahu bagaimana kami akan bekerja tahun depan," kata Valentyn Matviyenko, yang mengelola pertanian di dekat Bashtanka, sekitar 60 kilometer timur laut kota Mykolaiv.
"Sumber daya keuangan kami berkurang. Kami telah mengerahkan segalanya untuk panen ini," ujar Matviyenko menambahkan.
Penyimpanan biji-bijian tambahan di sekitar Mykolaiv telah dikesampingkan karena risiko penembakan. Walikota Mykolaiv, Oleksandr Senkevych mengatakan, fokusnya adalah membangun fasilitas yang lebih dekat ke perbatasan Rumania di mana transportasi sungai merupakan pilihan.
Pemerintah daerah mengatakan sedang mencari penyimpanan hasil panen secara komunal daripada penyimpanan pribadi. Sementara, pemerintah nasional sedang berusaha untuk menyederhanakan prosedur ekspor dan menawarkan pinjaman tanpa bunga kepada petani. Namun beberapa orang skeptis dengan intervensi negara tersebut.
"Bantuan terbaik dari pemerintah adalah tidak melakukan apa pun, bisnis akan menemukan cara untuk mengekspor biji-bijian," kata Senkevych.
Seorang pengemudi traktor Vasyl Boyko, mengatakan, dia tidak percaya solusi akan ditemukan kecuali Ukraina mendorong kembali pasukan Rusia dan Barat membuka koridor perdagangan di Laut Hitam. "Kami tidak membutuhkan kata-kata, kami membutuhkan senjata," katanya.