Separuh Populasi Remaja Inggris Berisiko Polio, Virusnya Ditemukan di Sampel Air Selokan
Inggris temukan virus polio pada sampel air selokan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari setengah populasi remaja di Inggris berisiko terhadap polio karena belum divaksinasi. Rendahnya cakupan vaksinasi polio di Inggris disinyalir berkaitan dengan situasi pandemi dalam dua tahun ke belakang.
Risiko polio kembali menjadi sorotan setelah ditemukan adanya poliovirus pada sampel air selokan yang berasal dari wilayah utara dan timur London. Di saat yang bersamaan, satu dari 10 anak berusia lima tahun di kota tersebut belum divaksinasi polio.
Data dari pemerintah Inggris juga menemukan bahwa anak di beberapa wilayah London tak memiliki perlindungan yang cukup untuk mencegah polio. Di Hillingdon pada wilayah London Barat, misalnya, hanya 35 persen anak berusia sembilan tahunan yang telah mendapatkan booster vaksin polio.
Pemerintah daerah menyebut bahwa wilayah ini memiliki cakupan vaksinasi polio terburuk di Inggris. Wilayah lain dengan cakupan vaksinasi polio terburuk kedua di Inggris adalah Brent. Di wilayah ini, hanya sepertiga remaja yang sudah divaksinasi polio lengkap.
Beberapa area lain di Inggris, seperti Nottingham, Leicester, Middlesbrough, dan Torbay juga memiliki cakupan vaksinasi polio yang buruk. Sedangkan wilayah dengan cakupan vaksinasi terbaik adalah West Berkshire dengan cakupan sebesar 98 persen.
Laporan dari beberapa wilayah menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 turut memengaruhi rendahnya cakupan vaksinasi polio. Vaksin ini sebenarnya tetap tersedia selama pandemi berlangsung, namun dalam laju yang lebih lambat.
Vaksin polio umumnya diberikan pada anak berusia sembilan tahun. Akan tetapi, sebagian anak baru mendapatkan vaksin ini di usia 10 tahun karena terdampak oleh lockdown.
"Cakupan vaksin tetanus difteri/inactivated poliovirus vaccine (Td/IPV) pada anak berusia sembilan tahun di 2020 hingga 2021 adalah 76,4 persen, membaik secara signifikan dibandingkan cakupan sebesar 57,6 persen pada 2019 hingga 2020, meski belum cukup besar untuk kembali ke tingkat cakupan sebelum pandemi," jelas laporan, seperti dilansir The Sun, Jumat (24/6/2022).
Terkait temuan poliovirus pada sampel air selokan, UK Health Security Agency (UKHSA) telah melakukan investigasi lebih lanjut. Investigasi ini dilakukan untuk melindungi warga dari penyebaran polio.
Poliovirus ini ditemukan pada sampel air selokan di London Beckon Sewage Treatment Works pada Februari lalu. Sejak saat itu, virus terus berevolusi dan kini telah diklasifikasikan sebagai 'vaccine-derived' poliovirus type 2 (VDPV2).
Dalam kesempatan yang langka, polio bisa menyebabkan kondisi yang serius. Misalnya, kelumpuhan pada individu yang belum divaksinasi lengkap.
"Deteksi VDPV2 mengindikasikan adanya kemungkinan telah terjadi penyebaran di antara individu yang berkontak erat di wilayah utara dan timur London, dan mereka kini menyebarkan strain poliovirus tipe 2 melalui feses mereka," ungkap laporan.
Sejauh ini, VDPV2 hanya terdeteksi pada sampel air selokan dan belum ada kasus kelumpuhan yang terkait dengan virus ini. Melalui investigasi, tim peneliti akan berupaya untuk mengetahui apakah ada transmisi komunitas yang sedang terjadi.
Temuan poliovirus pada sampel air selokan di Inggris dinilai cukup mengejutkan, meski belum ada kasus polio yang terdeteksi. Alasannya, Inggris merupakan negara yang telah dinyatakan bebas polio pada 2003. Kasus polio terakhir yang ditemukan di Inggris terjadi pada 1984.
Vaksinasi polio menjadi penting untuk mencegah terjadinya kelumpuhan dan kematian akibat polio. Sebelum vaksin polio ditemukan pada 1950-an, epidemi polio menyebabkan ribuan kasus kelumpuhan dan ratusan kasus kematian di Inggris setiap tahunnya.
"Bila anak Anda beum melengkapi vaksinasi polionya, penting untuk segera mengontak dokter dan melengkapi (vaksinasinya)," jelas konsultan dan ahli epidemiologi dari UKHSA, dr Vanessa Saliba.
Polio merupakan penyakit yang sangat menular dan bisa menyebar dari orang ke orang, meski orang yang membawa virus tidak jatuh sakit. Sebagian besar polio mengenai anak berusia di bawah lima tahun. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan pada kasus yang ekstrim bisa membuat pasien mengalami kelumpuhan.
Sebagian besar orang yang terinfeksi poliovirus tidak mengalami gejala. Akan tetapi, satu dari empat orang yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala menyerupai flu seperti nyeri tenggorokan, demam, lelah, mual, sakit kepala, dan nyeri perut.
Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung sekitar dua hingga 10 hari sebelum akhirnya membaik dengan sendirinya. Dalam kasus yang sangat langka, polio dapat menyebabkan kesulitan untuk menggunakan otot, biasanya otot pada kaki.
Kondisi ini biasanya tidak permanen dan kemampuan gerak dapat kembali secara perlahan dalam beberapa pekan atau bulan. Namun, polio juga dapat memicu disabilitas permanen dan bahkan kematian.