Nasdem-Demokrat-PKS, Koalisi Realistis Merujuk pada Catatan Historis
Surya Paloh mengakui penjajakan ke arah koalisi harus dilakukan.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar
Pengamat Politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menanggapi soal gencarnya pertemuan politik yang dilakukan Partai Demokrat dalam sepekan ini. Menurut Pangi, Partai Demokrat, Partai Nasdem dan PKS telah serius membangun koalisi.
"Jadi sebenarnya bukan lagi PDKT, sudah berat ini cinta segitiga mereka ini Nasdem, PKS, Demokrat ini, artinya koalisi ini sepertinya sudah serius gitu dibangun untuk peta koalisinya," kata Pangi kepada Republika, Jumat (24/6/2022).
Pangi mengatakan, Partai Demokrat memiliki hubungan yang baik dengan PKS dan Nasdem. Apalagi Demokrat dan PKS juga pernah berada dalam satu gerbong koalisi.
"Kalau kemudian ada Nasdem sepertinya Nasdem ingin membudayakan egaliter kesetaraan, kedaulatan partai dijaga, ini kan kelebihan poros Nasdem, PKS, dan Demokrat, kalau di PDIP ada terlalu menonjol di PDIP, budaya egaliternya belum menonjol kesetaran itu," tuturnya.
Sementara itu jika berkoalisi dengan Partai Gerindra, maka hal itu diprediksi akan menyulitkan Partai Demokrat. Sebab ketika Partai Demokrat sudah mantap berkoalisi dengan PKS maka akan ada masalah antara hubungan PKS dan Gerindra.
Begitu juga jika Partai Demokrat berkoalisi dengan PDIP, maka Nasdem diprediksi tidak akan mau mengingat hubungan antara Megawati dan Surya Paloh yang tidak berjalan mulus.
"Tapi ketika kita bicara tiga nama ini nggak ada masalah Surya Paloh, kemudian Syaikhu, AHY nggak ada masalah," ucapnya.
Pangi mengatakan koalisi yang dibangun ketiganya adalah koalisi yang berpikir untuk bisa memenangkan pemilu. Sebab, PKS dan Demokrat sudah 10 tahun berpuasa menjadi partai penguasa.
"Karena 10 tahun lagi partai kalau puasa nggak kuat, jadi mereka membangun bangunan koalisi ini bukan hanya koalisi terbangun, kemudian sebagai peserta pemilu itu gampang, tapi bagi mereka bukan itu lagi, ini harus menang," ujarnya.
Peneliti Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor menilai, berkoalisi dengan Nasdem dan PKS menjadi pilihan paling realistis bagi Demokrat. Sebab, secara historis hubungan Demokrat dengan PKS sebagai oposisi terjalin cukup lama.
"Secara political chemistry ada obstacle (halangan) antara Gerindra dan Demokrat ketimbang dengan PKS, Nasdem karena sejarah sebagai oposisinya lebih lama terbangun dengan PKS ya ketimbang Gerindra yang meninggalkan begitu saja teman-teman oposisi, dan ini juga menjadi catatan di mata temen-temen oposisinya dulu betapa dengan mudahnya mengambil keputusan sendirian untuk meninggalkan teman-temannya," jelasnya.
Selain itu, Firman melanjutkan, alasan lain Demokrat lebih realistis berkoalisi dengan PKS dan Nasdem daripada dengan Gerindra lantaran Gerindra sudah lebih dulu menjalin komunikasi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sehingga akan sulit bagi Partai Demokrat untuk meningkatkan daya tawar mereka sebagai cawapres.
"Pola hubungan (Demokrat) dengan Gerindra agak lebih alot ketimbang dengan Nasdem dan PKS, kecuali mungkin Gerindra akan putus hubungan dengan PKB," ungkapnya.
In Picture: AHY Kembali Sambangi Kantor DPP Partai Nasdem
Belakangan, Partai Nasdem memang menjadi partai yang paling aktif menggelar pertemuan dengan partai lain. Diketahui, elite Nasdem telah bertemu dengan elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat pada pekan ini.
Namun, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan bahwa ihwal kesepakatan koalisi untuk pemilihan umum (Pemilu) 2024 belum tercapai. "Sejujurnya memang penjajakan ke arah koalisi pasti dilakukan ya, sejujurnya harus itu. Tetapi baru tingkat permulaan, baru tahapan penjajakan-penjajakan, jadi koalisi itu belum tercapai," ujar Surya di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Surya menerangkan, komunikasi juga dilakukan oleh Partai Nasdem tak hanya kepada PKS dan Partai Demokrat. Komunikasi tersebut juga tak melulu membahas hal-hal yang berkaitan dengan Pemilu 2024.
Kendari demikian, Partai Nasdem terus memantau dinamika politik yang terjadi saat ini. Pihaknya juga memantau perkembangan dari tiga nama bakal calon presiden (capres) hasil rapat kerja nasional (Rakernas) Partai Nasdem, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Muhammad Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Kita lihat perkembangannya juga, kita kan berkompetisi, tidak hanya kita mengenal harus kemampuan kita dan kelemahan kita, tapi siapa yang kita hadapi, ya kan, Nanti kita akan lihat juga, dua kesebelasan atau tiga kesebelasan yang harus kita lihat satu sama lain," ujar Surya.
Ia menjelaskan, pengerucutan dari tiga nama menjadi satu sosok yang akan diusung sebagai capres atau cawapres pasti akan terjadi. Partai Nasdem akan terus melakukan penjajakan, tetapi dipastikannya bahwa pengumumannya tak akan terjadi pada menit-menit akhir.
"Ya mungkin tidak terlalu kepepet. Jangan ya, jelek sekali itu," ujar Surya.
Pilpres 2024, jelas Surya, adalah momentum untuk melahirkan pemimpin yang tepat dan hasil mandat dari demokrasi. Hal tersebut harus dimulai dengan sesuatu yang tenang dan kondusif, agar saat kontestasi tak muncul polarisasi dan konflik di publik.
"Saya bilang, itulah impian kita bersama, polarisasi itu hilang, mempersatukan. Itu saya mengingatkan dan saya tidak punya subjektivitas, untuk apa? Kan saya bukan kandidat (capres atau cawapres)," ujar Surya.
Adapun, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berterima kasih, jajaran pengurus DPP Partai Demokrat telah dijamu dengan baik oleh Surya untuk ketiga kalinya, pada Kamis (23/6/2022). Menurutnya, pertemuan kemarin menjadi salah satu upaya kedua partai dalam membangun semangat untuk masa depan.
"Chemistry yang sudah ada dan dibangun selama ini merupakan kekuatan sebuah capital yang InsyaAllah bisa juga terus kita perkuat untuk perjuangan ke depan," ujar AHY.
Dalam pertemuan tersebut, Partai Demokrat dan Partai Nasdem disebutnya membicarakan banyak hal. Beberapa di antaranya adalah kondisi ekonomi dunia yang menjadi tantangan bagi Indonesia. Surya dipandang partainya sebagai senior, sekaligus mentor yang bisa didengarkan pendapatnya terkait masalah-masalah tersebut.
Adapun terkait politik, ia mengatakan bahwa hal tersebut masih sangat dinamis. Namun, Partai Demokrat dan Partai Nasdem disebutnya akan terus menyamakan visi, misi, dan platform untuk masa depan Indonesia.
"Pada akhirnya jika semakin intensif komunikasi yang kami lakukan, mudah-mudahan terbuka ruang yang lebih luas bagi kebersamaan perjuangan, baik Partai Nasdem atau Partai Demokrat ke depan," ujar putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.