Ukraina Siapkan Serangan Balik di Wilayah Selatan
Pasukan Rusia mengincar Provinsi Donetsk setelah klaim kemenangan di Provinsi Luhansk
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Rusia mengincar Provinsi Donetsk, Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin mengklaim kemenangan di Provinsi Luhansk dalam perang yang berlangsung selama lima bulan. Rusia berhasil merebut Kota Lysychansk pada Ahad (3/7/2022) lalu.
Maka Rusia telah menyelesaikan penaklukannya ke Luhansk, salah satu dari dua wilayah Donbas. Wilayah industri di timur Ukraina yang menjadi lokasi pertempuran terbesar di Eropa dalam satu generasi.
Kedua belah pihak telah kehilangan banyak orang dalam pertempuran di Luhansk, terutama selama pengepungan kota kembar Lysychansk dan Sievierodonetsk. Kedua kota itu tinggal reruntuhan oleh pengeboman Rusia yang tanpa henti.
Pada Selasa (5/7/2022) pasukan Ukraina bergerak ke garis pertahanan baru di Donetsk. Di mana mereka masih menguasai kota-kota besar.
Putin memerintahkan pada pasukannya di sana untuk "istirahat dan memulihkan diri untuk mempersiapkan militer mereka" sementara unit-unit di wilayah lain terus bertempur. Sejak awal konflik Rusia telah meminta Ukraina untuk menyerahkan Luhansk dan Donetsk ke separatis pro-Moskow yang mendeklarasikan sebagai negara merdeka.
"Ini kemenangan terbaru bagi Rusia di wilayah Ukraina," kata penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Oleksiy Arestovych dalam video yang diunggah di internet.
"Ini kota-kota berukuran sedang. Dan ini diambil mulai dari 4 April sampai 4 Juli, 90 hari, begitu banyak kehilangan," tambahnya.
Arestovych mengatakan selain pertempuran di Donetsk, Ukraina berharap meluncurkan serangan balasan di selatan negara itu.
"Mengambil alih kota-kota di timur artinya 60 persen pasukan Rusia kini dikonsentrasikan di timur dan sulit bagi mereka untuk mengubah arah ke selatan," katanya.
"Dan tidak ada lagi pasukan yang dapat dibawa lagi dari Rusia. Mereka membayar harga mahal untuk Sievierodonetsk dan Lysychansk."
Sejumlah pakar militer menilai kemenangan yang diperoleh melalui perjuangan yang sulit itu hanya memberi sedikit keuntungan bagi strategi pasukan Rusia. Hasil dari pertempuran yang disebut "perang Donbas" itu masih seimbang.
"Saya pikir ini kemenangan taktis bagi Rusia tapi harganya mahal sekali," kata lembaga think tank RSI di London, Neil Melvin. Ia membandingkannya dengan pertempuran besar untuk merebut sedikit wilayah yang menjadi ciri selama Perang Dunia I.
"Ini membutuhkan 60 hari untuk kemajuan yang sangat lambat. Saya pikir Rusia mendeklarasikan sejumlah kemenangan, tapi kunci perang masih belum datang," tambahnya.
Melvin mengatakan pertempuran yang menentukan bagi Ukraina tampaknya tidak terjadi di timur. Di mana Rusia menumpuk persenjataan utamanya tapi di selatan di mana Ukraina memulai serangan balik untuk merebut kembali wilayah-wilayahnya.
"Di sinilah kami akan melihat Ukraina meraih kemajuan sekitar Kherson. Di sana dimulai serangan balik dan saya kira kemungkinan kami akan melihat momentum berbalik ke Ukraina saat mereka mencoba menggelar serangan balik skala untuk memukul mundur pasukan Rusia," katanya.