Literasi Digital Agar Masyarakat tidak Terpapar Informasi Hoaks
Tantangan literasi digital saat ini banyaknya informasi yang diterima masyarakat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia pada 2021, menempatkan Indonesia menduduki kategori 'Sedang' dalam hal kapasitas literasi digital dengan nilai angka sebesar 3.49 dari 5.00. Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan program Pekan Literasi Digital.
Materi dasar empat pilar literasi digital, mencakup Kecakapan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital demi mendukung realisasi Indonesia #MakinCakapDigital. Program tersebut menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diikuti 2.000 peserta di Gedung Hapu Mbay, Kecamatan Waingapu pada 5-6 Juli 2022.
Wakil Bupati Sumba Timur, David Melo Wadu menyampaikan, kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi warga Kabupaten Sumba Timur. Apalagi, menyambut era perkembangan teknologi karena derasnya arus informasi yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya.
"Kegiatan ini juga bertujuan agar semua masyarakat dan komunitas di sini semakin paham pentingnya literasi digital. Salah satu tantangan literasi digital pada saat ini adalah banyaknya informasi yang diterima masyarakat, sehingga masyarakat harus mengetahui informasi yang benar agar tidak terpapar informasi negatif, seperti isu SARA, pornografi, hoaks, dan lainnya," kata David dalam siaran di Jakarta, Kamis (7/6/2022).
Terdapat empat kelas literasi digital yang diselenggarakan secara paralel dengan narasumber yang kompeten di masing-masing kelas. Kelas tersebut terbagi Obrol-Obrol Literasi Digital, Asah Digital, Kebal Hoaks, dan Gali Ilmu.
Manajer Program ICT Watch Indriyatno Banyumurti menerangkan, penggunaan teknologi digital dengan intensitas yang tinggi harus seimbang dengan edukasi literasi digital yang mumpuni. "Orang Indonesia rata-rata menghabiskan delapan jam per hari dalam menggunakan perangkat digital," ujar Indriyatno.
Pemateri lainnya Soni Mongan menyampaikan, dalam berkomunikasi di dunia maya sebaiknya setiap orang menerapkan sopan santun yang diajarkan di dunia nyata. "Dalam komunikasi digital kita harus tahu dengan siapa kita berkomunikasi agar menyesuaikan dengan budaya dan bahasa daerah
lain," ucap Soni.
Dalam sesi kelas Kebal Hoaks pegiat Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Adi Syafitrah memberikan penjelasan agar terhindar dari berita hoaks. "Ketika menerima informasi, bacalah keseluruhan berita tersebut, jangan hanya judulnya saja. Karena banyak oknum atau media yang memanfaatkan rasa penasaran kita melalui judul," ujarnya.