Peringati Harganas, Bupati Purbalingga Ingatkan Pentingnya Keluarga Berencana

Faktor utama memastikan kesehatan ibu dan anak adalah perencanaan kehamilan.

Dokumen
Bupati Purbalingga dalam puncak peringatan Hari keluarga Nasional (Harganas) sekaligus Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2022, Jumat (8/7) di kompleks objek wisata Goa Lawa Purbalingga.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengingatkan masyarakat akan pentingnya merencanakan kelahiran anak untuk mencegah kematian ibu dan anak. Hal ini ia sampaikan dalam puncak peringatan Hari keluarga Nasional (Harganas) sekaligus Hari Anak Nasional (HAN) 2022, Jumat (8/7/2022) di kompleks objek wisata Goa Lawa Purbalingga.

Dalam kesempatan ini, ia menyarankan masyarakat untuk menghindari '4 Terlalu'. "Jangan lupa, Pak, Bu, untuk bisa selalu menyosialisasikan 4 Terlalu kepada masyarakat. Pertama, Terlalu muda melahirkan. Kedua, Terlalu tua melahirkan. Ketiga, Terlalu sering atau terlalu dekat melahirkan/tidak diatur jangka kelahirannya. Keempat, Terlalu banyak (anak)," kata Bupati Tiwi kepada para Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD).

Bupati menjelaskan,  faktor utama untuk mencegah kematian dan memastikan kesehatan ibu dan anak adalah perencanaan kehamilan. Ia juga berpesan kepada para kepala puskesmas agar Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) untuk dijaga jangan sampai meningkat. Tahun ini sudah ada tiga kematian ibu di Purbalingga, dengan kematian bayi mencapai 45.

"Saya minta setop di angka itu. Saya mohon dengan hormat bantuan sengkuyung para kepala puskesmas dan para direktur RS baik RSUD maupun RS swasta untuk bergandengan tangan menurunkan AKI AKB," kata bupati.

Tidak hanya itu, Harganas kali ini juga bertemakan 'Ayo Cegah Stunting Agar Keluarga Bebas Stunting'. Bupati mengajak kerja sama lintas sektoral agar angka stunting atau kasus kondisi gagal tumbuh anak bisa ditekan lagi.

"Permasalahan stunting tidak hanya masalah gizi, bisa juga karena lingkungan tidak sehat, RTLH,tidak punya jamban. Pernikahan dini juga berdampak peningkatan stunting, tanpa disadari anak yang hamil di usia yang belum siap bisa berisiko stunting," ujarnya.

Ia membeberkan angka stunting di Purbalingga setiap tahun menurun, pada 2017 angka stunting masih 28,7 persen sedangkan 2021 turun menjadi 15,7 persen. Stunting merupakan hal yang penting, karena menyangkut kualitas SDM ke depan, sebab saat bonus demografi nanti sangat dibutuhkan SDM unggul.

Pemerintah pusat menargetkan angka stunting nasional bisa turun menjadi 14 persen. "Untuk mencapai 14 persen kita (Purbalingga) hanya butuh usaha untuk bisa menurunkan 1,7 persen. Mudah-mudahan dengan kita bergandengan dengan seluruh stakeholder target 14 persen di 2024  bisa berhasil," katanya.

Terkait stunting, Purbalingga juga menjadi pilot project penelitian dalam upaya pencegahan stunting nasional. Salah satu eksperimen dilakukan di Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari di mana anak-anak stunting disupport susu dan telur setiap hari dan dengan pendampingan akhirnya bisa lepas dari kriteria stunting.

"Artinya kalau sudah bisa berhasil seperti ini, program ini harus bisa direplikasi oleh seluruh puskesmas se-Purbalingga, bapak ibu rekan-rekan kepala puskesmas siap apa tidak? kalau tidak siap besok langsung saya copot soalnya," katanya.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler