Angka Kematian Akibat DBD di Tasikmalaya Terus Bertambah
Hingga 11 Juli 2022, terdapat lebih dari 20 kasus kematian akibat DBD di Tasikmalaya
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Angka kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya masih terus mengalami penambahan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, sejak awal Januari 2022 hingga 11 Juli 2022, terdapat lebih dari 20 kasus kematian akibat DBD di daerah itu.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, mengatakan, saat ini total kasus DBD di daerahnya berjumlah 1.175 kasus. Dari total kasus itu, terdapat 21 kasus kematian, yang mayoritas korbannya adalah anak-anak.
"Dari total yang meninggal itu, dewasa empat orang dan sisanya anak," kata dia, Senin (11/7/2022).
Angka kematian akibat DBD itu bertambah setidaknya tiga kasus dibandingkan beberapa hari lalu. Berdasarkan data per 8 Juli 2022, angka kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya berjumlah 18 kasus. Namun, saat ini jumlahnya sudah 21 kasus.
Asep menjelaskan, terdapat tujuh kecamatan di Kota Tasikmalaya dengan jumlah kasus di atas angka 100. Ketujuh kecamatan itu adalah Tawang dengan 170 kasus, Mangkubumi 163 kasus, Bungursari 139 kasus, Cibeureum 136 kasus, Kawalu 135 kasus, Cihideung 113, dan Cipedes 104 kasus. Sementara tiga kecamatan lainnya, yaitu Purbaratu, Tamansari, dan Indihiang, total kasusnya berada di bawah angka 100.
Meski begitu, Asep mengatakan, kasus DBD ini sudah ditemukan di 10 kecamatan dan 69 elurahan yang ada di Kota Tasikmalaya. Artinya, di setiap wilayah kelurahan di Kota Tasikmalaya sudah ditemukan kasus DBD.
Apabila dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat (Jabar), Kota Tasikmalaya menjadi daerah dengan nomor sembilan dengan jumlah kasus tertinggi. Namun secara kasus kematian, Asep mengaku belum mengetahuinya.
"Kalau dari jumlah kematian, saya belum tahu apakah pertama, kedua, atau ketiga. Tadi kami lihat datanya belum muncul," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terus berupaya memasifkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Setiap puskesmas juga telah melakukan upaya itu, dibantu dengan aparat di wilayah masing-masing.
Upaya itu dimasifkan lantaran banyak temuan di lapangan bahwa setiap ada kasus positif DBD yang menyebabkan kematian, di dalam rumah orang itu ditemukan jentik nyamuk. Jentik nyamuk itu biasa ditemukan di bak mandi, dispenser, kulkas, atau kolam.
"Makanya, kami sudah memberikan instruksi kepada puskemas untuk menggalakan PSN. Soalnya kadang masyarakat susah untuk PSN," kata Asep.
Selain itu, petugas selalu melakukan penyelidikan epidemologi setiap terdapat kasus positif DBD. Ketika dari hasil penyelidikan epidemologi ditemukan jentik, petugas akan melakukan pengasapan (fogging).
"Namun fogging itu kan hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau sarangnya tak diberantas, pasti akan muncul lagi. Karena itu, masyarakat harus turut melakukan PSN mandiri," kata dia.
Asep mengatakan, apabila dibandingkan data per bulannya, kasus DBD di Kota Tasikmalaya sudah mulai menurun. Menurut dia, puncak kasus DBD di Kota Tasikmalaya itu terjadi pada Februari atau Maret.
"Sekarang sudah mulai melandai," kata dia.
Kendati demikian, Asep mengimbau masyarakat di Kota Tasikmalaya untuk tetap waspada terhadap DBD. Apalagi, saat ini kadang masih terjadi hujan di Kota Tasikmalaya. Upaya PSN dengan melakukan 3M plus dinilai tetap penting untuk dilaksanakan.
Ia menambahkan, saat ini juga masih terdapat sembilan kasus pasien DBD yang dirawat di rumah sakit. "Itu ada di RS TMC empat orang dan RSUD dr Soekardjo lima orang," kata dia.