Jarang Dibahas, Covid-19 Ternyata Bisa Sebabkan Penuaan Dini
Covid-19 bisa menyebabkan penuaan dini yang dipicu stres kronis hingga kesepian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 berdampak pada semua pasien dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu efek yang jarang dibahas adalah penuaan dini, yang dapat disebabkan stres kronis, gaya hidup tidak banyak bergerak, dan kesepian.
Dilansir First For Women pada Selasa (12/7/2022), berikut gejala yang harus diwaspadai setelah sembuh dari penyakit Covid-19.
1. Penyusutan Otak
Salah satu efek penuaan paling dramatis dari Covid-19 pada tubuh manusia adalah penyusutan otak. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature pada Maret ini, bahkan kasus ringan Covid-19 dapat menyebabkan hilangnya materi otak yang setara dengan satu dekade penuaan.
Biasanya, orang kehilangan sekitar 0,2 hingga 0,3 persen materi otak setiap tahun. Namun, penelitian ini menemukan pasien Covid-19 mengalami kerugian tambahan, di mana ada penyusutan 0,2 hingga 2 persen dari ukuran otak dalam tiga tahun.
2. Kehilangan Bau dan Rasa
Beberapa kehilangan rasa dan penciuman adalah hal alami seiring bertambahnya usia, terutama setelah 60 tahun. Salah satu gejala Covid-19 adalah gangguan sensorik yang serupa.
Sementara 90 persen dari mereka yang terkena gejala ini membaik dalam waktu empat minggu, beberapa mengalami kehilangan permanen. Satu studi pada 2021 menemukan 700 ribu hingga 1,6 juta orang di Amerika Serikat yang terkena Covid-19 mungkin kehilangan indra penciumannya selama enam bulan atau lebih. Hilangnya rasa dalam jangka panjang dapat membuat makanan menjadi hambar, asin, manis.
3. Nyeri dan Kekakuan Sendi
Kita semua tahu persendian lebih kaku dan tulang lebih rapuh seiring bertambahnya usia. Mulai sekitar usia 30 tahun, Anda mulai kehilangan kepadatan tulang dan massa otot, yang dapat menyebabkan ketegangan dan nyeri pada persendian.
Arthritis biasanya menyerang antara usia 40 dan 60 tahun. Sayangnya, tampaknya infeksi Covid-19 dapat menyebabkan nyeri sendi yang sama melemahkan. Sebuah penelitian yang dilakukan di Northwestern University dan dipublikasikan di Skeletal Radiology pada 2021 menemukan Covid-19 dapat memicu tubuh menyerang dirinya sendiri, dengan cara yang menyebabkan masalah rematik.
Studi lain dilakukan para peneliti di Harbin dan Beijing pada Mei ini, yang menyurvei 1.296 orang yang selamat dari Covid-19, satu tahun setelah mereka keluar dari rumah sakit dan menemukan lebih dari 12 persen masih melaporkan gejala rematik. Gejala yang paling umum melibatkan sendi di lutut (38 persen), tangan (25 persen), dan bahu (19 persen).
4. Kehilangan Memori dan Perhatian
Ada semakin banyak bukti bahwa Covid-19 dapat menyebabkan masalah kesehatan kognitif dan mental yang bertahan lama, dengan pasien yang pulih melaporkan gejala termasuk "kabut otak" (pemikiran lambat atau lamban) dan masalah dengan mengingat kata-kata berbulan-bulan setelah infeksi.
Studi melaporkan masalah kabut otak baik pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan mereka yang tidak. Sebuah studi pada Januari yang diterbitkan seorang peneliti di Jerman menunjukkan, bahkan pasien yang tidak memperhatikan tanda-tanda gangguan kognitif mereka sendiri dapat memiliki masalah dengan memori dan perhatian setelah pulih dari kasus Covid-19 ringan.
5. Rambut Rontok Sementara
Laju pertumbuhan rambut melambat seiring bertambahnya usia, dan helai menjadi lebih kecil dan memiliki lebih sedikit pigmen. Sebanyak 55 persen wanita mengalami kerontokan rambut pada usia 70 tahun.
Namun, infeksi Covid-19 juga dapat menyebabkan kerontokan rambut, sebuah fenomena yang dikenal sebagai telogen effluvium. Ketika seseorang mengalami peristiwa seperti infeksi virus, rawat inap, atau bahkan stres emosional yang signifikan, maka tubuh dapat secara prematur mengubah proporsi pertumbuhan rambut anagen yang lebih besar dari normal ke keadaan telogen istirahat. Sebagian besar kasus ini sembuh dalam tiga hingga enam bulan.