Bahana TCW Luncurkan Reksa Dana Syariah Saham
Reksa dana syariah ini fokus investasi di saham perusahaan industri kesehatan global.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan atau Indonesia Financial Group (IFG), PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), secara resmi menunjuk Standard Chartered Indonesia sebagai salah satu agen penjual untuk memperluas distribusi produk terbarunya, yaitu reksa dana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity. Presiden Direktur Bahana TCW, Rukmi Proborini, mengatakan, reksa dana syariah ini memiliki fokus investasi di saham-saham perusahaan industri kesehatan global. Rukmi menyampaikan, sektor kesehatan termasuk sektor yang resilien terhadap kondisi perekonomian global yang sedang tertekan karena termasuk industri yang defensif dan esensial.
"Sehingga berinvestasi pada perusahaan healthcare adalah salah satu alternatif yang menarik sesuai dengan kondisi makroekonomi saat ini," ujar Rukmi saat virtual launching dan perluasan distribusi penjualan produk reksa dana syariah terbaru, Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity yang bekerja sama dengan Franklin Templeton dan Standard Chartered Indonesia pada Selasa (12/7/2022).
Rukmi menyebut kemitraan perusahaan dengan Franklin Templeton dan Standard Chartered Bank untuk memperluas jalur distribusi reksa dana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity yang merupakan reksa dana syariah saham luar negeri pertama di Indonesia yang fokus di industri kesehatan global. Menurut Rukmi, produk ini melengkapi alternatif investasi bagi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan dananya. Rukmi menyampaikan Bahana TCW telah berpengalaman lebih dari 25 tahun sebagai pengelola investasi yang diversifikasi portofolio investasinya mulai dari produk reksa dana dan kontrak pengelolaan dana bilateral hingga investasi alternatif lainnya.
"Setiap produk investasi dirancang guna memenuhi kebutuhan investasi masyarakat Indonesia. Selain itu, pengembangan dan distribusi produk investasi dilakukan dengan pola kemitraan strategis bersama institusi keuangan terkemuka dunia," sambung Rukmi.
Rukmi menjelaskan lebih dari 50 persen komposisi portofolio reksa dana ini ditempatkan pada sektor unggulan di pasar AS dan sisanya diinvestasikan di sejumlah negara ekonomi utama dunia, antara lain Jepang, Perancis, Jerman, Inggris dan Australia. Kata Rukmi, produk reksa dana syariah ini dapat dibeli dengan minimum pembelian mulai dari 10 ribu dolar AS.
"Berkolaborasi dengan Franklin Templeton yang memiliki pengalaman serta kapabilitas global dalam rancangan strateginya, produk ini menerapkan prinsip syariah dan mengintegrasikan ESG dalam pengelolaan portofolio produk," kata Rukmi.
Head of Wealth Management Standard Chartered Indonesia, Meru Arumdalu, mengatakan, belum lama ini, Standard Chartered Bank baru saja mengeluarkan Global Market Outlook untuk periode semester II 2022, yang membahas langkah kehati-hatian yang harus diterapkan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menjaga inflasi serta menghindari terjadinya resesi perekonomian. Meru memperkirakan inflasi akan mereda hanya secara bertahap, dan menyebabkan The Fed mempertahankan sikap agresifnya. Menyikapi kondisi ini, ucap Meru, sejumlah industri dinilai sebagai defensive sector atau saham defensif, seperti industri healthcare, energi, dan keuangan di Amerika dan Eropa.
"Melalui penambahan reksa dana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity pada pilihan produk investasi Standard Chartered Bank, kami berharap dapat semakin memberikan alternatif bagi nasabah kami untuk mencapai tujuan keuangannya," ujar Meru.
Mengacu pada data yang disajikan Forbes Advisor, lanjut Meru, sektor Kesehatan di Amerika Serikat (AS) menjadi sektor yang paling potensial untuk jangka menengah maupun panjang. Hal ini terlihat dari tingkat pengeluaran kesehatan masyarakat di Amerika Serikat menyumbang hampir 18 persen dari produk domestik bruto (PDB) AS pada akhir 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 6 triliun dolar AS per tahun atau setara 19,7 persen dari PDB AS pada 2028. Meru menilai lroyeksi positif sektor kesehatan juga dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat global akan pentingnya kesehatan paska pandemi.
"Terlebih pertumbuhan di sektor kesehatan juga akan didorong oleh pelibatan teknologi, tren populasi yang semakin menua dan meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan untuk penyakit tidak menular dan kondisi kronis lainnya," kata Meru.
Head of Retail Sales, Southeast Asia, Franklin Templeton Clement Lee, mengatakan, Franklin Templeton senang dapat bekerja sama dengan Bahana TCW untuk mendukung kemampuan investasi baru yang menarik bagi investor Syariah Indonesia. Lee melihat peluang besar dalam industri kesehatan global seiring mengingkatnya kemajuan teknologi yang semakin cepat dan tren demografis jangka panjang.
"Dengan latar belakang ketidakpastian makroekonomi global dalam jangka pendek ini, sektor kesehatan tetap menjadi sektor yang menguntungkan dan menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dan paling defensif," kata Lee.